Sejarah Kebudayaan Indonesia

Komponen-komponen yang dipelajari dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia:
1. Zaman prasejarah
2. Zaman sejarah
3. Masuknya agama Hindu & Budha
4. Hasil-hasil kebudayaan Indonesia
5. Kerajaan-kerajaan di Indonesia
6. Pengaruh agama Hindu & Budha


Sejarah Desa Adat Dalung

Sejarah Desa Adat Dalung

Sampai saat ini tidak ada pustaka seperti lontar atau sebagainya yang dapat menjelaskan kenapa dikatakan sebagai desa dalung. Namun menurut para pengelingsir dan tetua agama kata dalung itu berasal dari dua kata yaitu kata “Eda” dan “Lung”. Eda yang berarti tidak boleh dan Lung yang berarti rered / terkikis. Yang apabila kata kata tersebut disatukan akan menjadi kata Edalung lama kelamaan menjadi kata Dalung yang berarti tidak akan terkikis.
Selain itu bila dilihat dari babad, berkenaan dengan desa adat dalung, sudah terdapat dibabad mengwi. Karena sudah pasti keberadaan desa Dalung terdapat pada babad kerajaan Mengwi, maka sudah pasti benar dimuat dalam Purana Desa Adat Dalung.
Pada jaman dahulu Jagat mengwi dipimpin oleh Ida I Gusti Agung Nyoman Alangkajeng yang diangkat sebagai raja dengan nama Ida Cokorda Munggu. Pada saat beliau memimpin jagat mengwi, beliau berpegang pada agama, adat , dan budaya, sehingga jagat Mengwi menjadi damai dan sejahtera. Kepada putra putranya, beliau juga memberikan sejumlah wilayah kekuasaan sesuai dengan keinginannya masing masing. Begitu juga dengan putra beliau yang keempat yang bernama I Gusti Gede Meliling, diberikan wilayah kekuasaan di desa Tibubeneng sampai di Padangluwih
Beliau juga disuruh membangun rumah di desa tersebut dan meminang anak dari bendesa Tibubeneng. Dalam Kepemimpinan beliau, semua bawahannya patuh dan hormat pada beliau. Lama kelamaan I Gusti Gede Meliling meninggal, karena itu diadakan upacara Pitra Yadnya. Dari mulai prosesi persiapan upacara sampai upacara Pitra Yadnya selesai, saudara beliau I Gusti Ngurah Gede Tegeh tidak diberitahu tentang upacara tersebut, kemudian beliau sangat marah dan beliau berkelahi di Tibubeneng.

Karena berita perkelahian tersebet, semua putra beliau yang berada di Padang Liwih menyesal tentang keadaan tersebut. Karena berita perkelahian tersebut, sehingga beliau malu pada dirinya sehingga berencanan untuk pindah dari Padang Luwih menuju ke sebelah barat Tukad Yeh Poh sebagai tempat tinggal baru, yang sekarang disebut Desa Adat Tegeh. Saudara beliau yang bernama I Gusti Ngurah Gede Tibung, ikut juga pindah dan mengambil tempat disebelah timur Tukad mati, yang sekarang disebut Desa Adat Kuanji (Sempidi). Beliau juga membanguan tempat suci yang sekarang dikenal sebagai Pura Dalem Tibung (Kangin). Yang disungsung Wadua Banjar Kuanji. Tapi Ida I Gusti Ngurah Gede Tibung tidak lama menetap disana, beliau pindah lagi ke sebelah barat  di Desa Dalung, disana beliau juga membangun pura yang sekarang disebut Pura Dalem Tibung (Kaja). Sepeninggalan beliau dari Kuanji, beliau meninggalkan pengikutnya yang banyaknya 100 orang. 100 orang tersebut merupakan asal mula penduduk Desa Adat Kuanji. Hal tersebut merupakan salah satu ciri yang masih dapat  dilihat sampai sekarang yaitu setiap ada Karya Agung di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Dalung, Ida Bhatara kairing lunga mintar ke Kahyangan Tiga yang berada di Desa Adat Tibubeneng dan ke Kahyangan Tiga Desa Adat Kuanji (Sempidi) dan juga ke Kahyangan Tiga di Desa Adat Padang Luwih dan begitu juga sebaliknya.


Sejarah Desa Adat Dalung

Sejarah atau babad desa dalung tidak dapat terlepas dari sejarah padang luwih, yang berasal dari induknya yaitu sejarah menwi. Sejak kerajaan mengwi diperintah oleh ida I gusti agung nyoman  alangkajeng yang diberi gelar ida cokorda nunggu, dan setelah mangkat digelari betara andewata ring sor ing belimbing, memberikan kekuasaan kepada salah seorang putranya yang bernama I gusti gede meliling yang membangun jero tibubeneng dan berkuasa sampai ke padang luwih. Salah seorang putra I gusti gede meliling bernama I gusti ngurah gede tegeh diberi tempat tinggal di padang luwih. I gusti ngurah gede tegeh yang memulai menbangun tempat yang baru di sebelah barat sungai yeh poh, yang disebut banjar tegeh sekarang.
Perpindahan ini disebabkan oleh terjadinya sengketa antara putra I gusti gede meliling  yang bertempat tinggal di tibubeneng dengan di padang luwih. Awal sengketa ini adalah berasak dari masalah pelebon / pengabenan almarhum I gusti gede meliling oleh putranya yang bertempat tinggal di tibubeneng, yang tidak memberitahukan akan upacara tersebut kepada I gusti ngurah gede tegeh. Tibubeneng diserang dan dihancurkan oleh putra padang luwih.
Sehingga I gusti ngurah gede tegeh meninggalkan padang luwih pindah ke sebelah barat sungai yeh poh, yaitu banjar tegeh sekarang. Tempat yang baru ini menjadi tempat tinggal beliau, dan putra yang lain yaitu I gusti ngurah gede tibung pindah ke sebelah timur tukad mati, kwanji sempidi sekarang.
Berbicara masalah nama dan pembentukan desa dalung, sampai kini belum ada yang menemukan secara tertulis. Berdasarkan petunjuk dan cerita cerita orang tua yang dapat dipercaya bahwa kata dalung berasal dari kata EDA Lung (bahasa bali) yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan Jangan Patah, lama kelamaan kata edalung menjadi dalung
Pembentukan desa dalung maupun yang memerintah pertama kali, berdasarkan dokumen yang ada baru tercatat sejak tahun 1955 pada saat itu desa dalung diperintah oleh I gusti putu naya sampai dengan tahun 1963. Pada masa pemerintahannya tercatat penggabungan dua desa yaitu desa dalung dan desa gaji menjadi satu desa dengan nama desa dalung. Demikian juga di  bidang pembangunan desa belum menampakan  suatu kemajuan yang dirasakan oleh masyarakat, hal ini disebabkan baru merupakan rintisan dan pembenahan pembenahan terhadap desa dan masyarakatnya.
Mulai tahun 1964 sampai dengan tahun 1982 desa dalung diperintah oleh I gusti rai oka bidja. Pada masa kepemimpinan nya terjadi tragedy nasional yang menimpa Negara dan bangsa Indonesia yang menamakan diri gerakan g.30 s / pki.



Pola Pemukiman Modern

Pola pemukiman modern lebih cenderung bebas dan fleksibel, pola-pola yang ada lebih bervariasi. Ada yang bersifat linear, grid, kluster ataupun  radial. Pola linear dan grid biasanya digunakan pada pemukinan modern kelas menengah kebawah karena mampu menampung jumlah rumah yang banyak pada lahan yang tidak terlalu luas, sedangkan perumahan elit untuk golongan menengah ke atas lebih cenderung memilih pola kluster dan radial karena selain memiliki space yang lebih luas namun juga penghuni yang cenderung menginginkan tingkat privasi yang lebih tinggi.Pada pemukiman elit setiap kluster terbagi berdasarkan tipe-tipe rumah sedangkan pada pemukiman biasa tipe-tipe rumah memiliki letak yang lebih bebas.

Fungsi Bale Kulkul

Fungsi Bale Kulkul
  • Bale Kulkul sebagai alat komunikasi tradisional, tidak terdapat pada rumah tinggal rakyat.
  • Bale Kulkul sebagai alat komunikasi yang disepakati setiap banjar.
  • Bale Kulkul sebagai tempat kulkul yang dibunyikan pada awal,akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.





Pura Khayangan Tiga

Pura Khayangan Tiga


Pengertian Pura Khayangan Tiga
Pura Desa
Pura Puseh 
Pura Dalem
Jenis Bangunan dan Fungsinya 
Bentuk Bagian – Bagian
Asta Kosala Kosali dan Asta Bumi
Arti dan Maksud Ragam Hias



Khayangan Tiga


Kahyangan Tiga, masing-masing Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem dengan fungsinya masing-masing sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa.
https://www.scribd.com/doc/255913377




Pura Khayangan Tiga

Pura untuk tempat pemujaan warga sedesa yang terdiri dan beberapa banjar disebut Kahyangan Tiga, tiga Unit pura yang merupakan bagian dari desa. Dalam pengertian Desa-desa adat di Bali, Tri Hita Kharana rnerupakan perwujudan suatu Desa. Tri Hita Kharana tiga unsur, yang menjadikan adanya Desa, masing-masing Kahyangan Tiga sebagai jiwanya Desa, Desa Pakraman teritorial Desa sebagai fisik Desa dan Sima Krama atau warga Desa sebagai tenaga Desa. Dengan adanya ketiga unsur jiwa, fisik dan tenaga, sempurnalah suatu kehidupan manusia, keluarga, desa atau wilayah.
Kahyangan Tiga, masing-masing Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem dengan fungsinya masing-masing sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Brahma, Wisnu dan Siwa. Pura Desa dan Pura Puseh terletak di pusat Desa di bagian zoning utama, kaja kangin dan perempatan pusat desa. Pura Dalem terletak di dekat kuburan di bagian teben Desa pada arah kelod atau kelod kauh.
Upacara pemujaan di Pura-pura disebut odalan, pujawali atau patirtan. Di Pura-pura Kahyangan Tiga pujawali umumnya sekali setahun di masing-masing Kahyangan Tiga. Dibeberapa Desa ada pula yang melakukan pujawali dua kali setahun dan kebanyakan pula sudah diubah menjadi sekali dalam setahun. Hari-hari baik atau hari-hari suci melakukan upacara pujawali umumnya dipilih Purnama pada bulan atau sasih kadasa sekitar bulan April. Purnama sasih Kapat sekitar bulan Oktober. Purnama Sasih kelima sekitar bulan Nopember. Untuk upacara pecaruan dilakukan pada bulan, atau sasih kepitu atau kasangan. Upacara melasti dan pecaruan Desa pada pergantiani tahun baru Içaka sekitar bulan Maret dilakukan di pantai laut, sungai, atau danau dan Kahyangan Tiga yang dipusatkan di Pura Desa. Upcara-upacara pujawali, melasti, ngusaba Desa dan hari-hari raya tertentu seperti Galungan dan Kuningan, Kahyangan Tiga merupakan tempat pemujaan sembahyangan bersama umat sedesa.
Di Pura-pura Kahyangan Tiga wanga sedesa dan semua kasta dapat melakukan persembahyangan, berbeda dengan Pura keluarga hanya untuk keluarga seketurunan.

Pura Desa
Tempatnya di Pusat desa di bagian kaja kangin dan perempatan Desa dalam pekarangan yang dibatasi tembok penyengker. Tata zoning pekarangannya dibagi dua atau tiga, jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Bangunan utamanya adalah Bale Agung sehingga ada juga yang menyebutnya Pura Bale Agung. Bangunan bale kulkul merupakan bangunan yang menempati sudut-sudut depan pekarangan Pura. Bangunan wantilan dengan luas yang cukup besar dibangun di jaba sisi untuk kegiatan bersama pada upacara di Pura Desa.
Pintu masuk memakai candi bentar dari jaba sisi ke jaba tengah dan kori agung dan jaba tengah ke jeroan. Ada pula yang dilengkapi pintu betelan ke arah samping untuk hubungan dengan bangunan-bangunan samping.

Pura Puseh
Tempatnya di pusat Desa berdekatan atau menjadi satu/bersebelahan dengan pura Desa. Tata zoning pekarangannya dibagi dua atau tiga, jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Pekarangannya ada yang merupakan area tersendiri ada pula yang menjadi satu/ bersebelahan dengan Pura Desa. Umumnya Pura Desa atau Bale Agung ditempatkan di bagian depan dan Pura Puseh, ada pula yang bersisian ke arah samping. Di beberapa desa, ada pula yang menata kahyangan tiganya dengan pola-pola khusus di luar ketentuan tradisional yang berlaku umum.

Pra Dalem
Tempatnya di dekat kuburan, ditepi Desa atau di luar Desa. Pekarangan Pura dibatasi tembok penyengker sekelilingnya dengan candi bentar didepan dan Kori Agung di jeroan. Bangunan pemujaan lainnya yang merupakan hulu kuburan adalah praja pati. Kahyangan tiga masing-masing Pura Desa untuk pemujaan dewa Brahma dan Pura Puseh untuk pemujaan Dewa Wisnu. Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siwa. Sebagaimana upacara pujawali di Pura Desa dan Pura Puseh, pujawali di Pura Dalem umumnya juga dilakukan sekail setahun di bulan Purnama pada salah satu bulan atau sasih. Bangunan-bangunan di Pura Dalem disesuaikan dengan fungsinya.
Upacara-upacara pemujaan di Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem dipimpin seorang atau beberapa Pemangku yang ditetapkan oleh warga Desa. Upacara-upacara besar sewaktu-waktu dipimpin oleh Pedanda bersama para pemangku.
Persembahyangan di pura-pura Kahyangan tiga oleh umat desa pada hari-hari pujawali umumnya diIangsungkan selama tiga hari untuk memberi kesempatan kepada semua warga Desa. Untuk pelaksanaan persembahyangan bersama tidak diharuskan dalam satu gelombang massal. Persembahyangan dengan kelompok-kelompok bergantian sehingga tidak memerlukan ruangan halaman yang terlalu luas.
Pola ruang, tata bangunan dan penyelesaian arsitektur kahyangan tiga umumnya dikerjakan dengan baik untuk kebanggaan Desa, kebahagiaan dan ketentraman bersama. Penyelenggaraan upacara pujawali di Pura-pura Kahyangan Tiga tidak bersamaan. Di beberapa Desa ada pula pujawali di Pura Desa dan Pura Puseh pada hari yang sama sedangkan pujawali di Pura Dalem pada hari lainnya.
Upacara-upacara keluarga manusa yadnya, pitra yadnya, resi yadnya dan dewa yadnya ada pula bagian bagian yang dilakukan di Pura Desa, Pura Puseh atau Pura Dalem.
Bangunan-bangunan utama seperti Bale Agung, palinggih Puseh, palinggih Dalem dan beberapa palinggih lainnya ada di semua kahyangan tiga.
Bangunan-bangunan tambahan atau pelengkap lainnya disesuaikan dengan keadaan masing-masing Desa yang merupakan bagian dan Kahyangan tiga adalah Pura Dalem yang ada atau didekat kuburan desa.


Pengertian Budaya / Kebudayaan dari Beberapa Ahli

    PENGERTIAN KEBUDAYAAN

    1. Dalam pengertian yang paling umum, kebudayaan merupakan seluruh cara hidup sesuatu masyarakat atau seluruh aspek pemikiran dan tingkahlaku manusia yang diwarisi dari satu generasi ke generasi yang lain melalui proses pembelajaran
    2. Budaya atau kebudayaan (berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
    3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
    4. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
    5. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat
    6. Clifford Geertz datang dengan konsep yang lebih sederhana. Menurut dia, budaya hanyalah serangkaian cerita mengenai diri kita yang kita ceritakan pada diri kita sendiri.
    7. Raymond Williams mengatakan bahwa budaya meliputi organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang mengekspresikan atau mengatur hubungan sosial, bentuk-bentuk komunikasi khas anggota masyarakat.
    8. Menurut Arnold Toynbee, kebudayaan adalah segala ciptaan manusia pada hakekatnya hasil usaha manusia untuk mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian alam, sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya.
    9. Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan adalah pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya, dan karenanya hanya bisa dicetuskan setelah melalui proses belajar.
    10. Menurut Van Peursen Kebudayaan adalah endapan dari kegiatan dan karya manusia.
    11. Menurut LA White kebudayaan merupakan sistem terpadu dan terorganisir yang dapat dirinci dalam tiga bagian yaitu :
      • Sistem teknologi ( peralatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pokok, perlindungan fisik dalam arti luas, peralatan berperang / pertahanan)
      • Sistem sosial sebagai perangkat untuk mewujudkan kehidupan komunal manusia sebagai mahluk sosial ( pola-pola tingkah laku kolektif maupun individual yang menghasilkan sistem organisasi masyarakat, sistem kemiliteran, sistem pembagian kerja dll )
      • Sistem idea sebagai perangkat untuk menafsirkan lingkungannya gagasan, kepercayaan, dan pengetahuan yang tercermin dalam percakapan, kepercayaan, kesusasteraan, filsafat dll
    1. R. Soekmono mengatakan kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan.

Hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan

Hubungan Arsitektur Dengan Kebudayaan.
1.      Kebutuhan
2.      Metoda
3.      Asosiasi Dan Pemakaian Yang Tepat
4.      Kesezamanan
Pengertian Arsitektur

Peta Desa Adat di Bali

Desa Adat Abian Base, Desa Adat Kwanji Sempidi, Desa Adat Padangluwih, Desa Adat Kerobokan, Desa Adat Padonan, Desa Adat Tuka, Desa Adat Buduk

Tags: batas wilayah, pembagian wilayah, area


Apresiasi Budaya: Memahami Metode Hermeneutik Dalam Studi Arsitektur

Sebenarnya, menurut pendapat Komaruddin
1. Hermeneutik Transendental yang berpandangan bahwa untuk me-nemukan kebenaran dalam teks atau tanda-tanda tidak harus mengaitkan dengan sang penga-rang atau penciptanya karena se-buah kebenaran dapat berdiri sendiri
2. Hermeneutik Historis-Psikologis yang berpendapat bahwa teks atau tanda-tanda hanya merupakan eksposisi eksternal dan tem-porer saja dari sang penga-rangnya, sementara kebenaran ti-dak mungkin terwadahi secara utuh atau representatif dalam teks atau tandatanda yang ada tersebut.
https://www.scribd.com/doc/256149180


Apresiasi Budaya: Sejarah Kebudayaan Indonesia

Komponen-komponen yang dipelajari dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia:
1.      Zaman prasejarah
2.      Zaman sejarah
3.      Masuknya agama Hindu & Budha
4.      Hasil-hasil kebudayaan Indonesia
5.      Kerajaan-kerajaan di Indonesia
6.      Pengaruh agama Hindu & Budha
https://www.scribd.com/doc/256147167


Filsafat Arsitektur - Ruang Menurut Filsafat Barat

Pengertian Ruang
Fenomena Ruang
Ruang Universal
Dari Tiada Menjadi Ada
Jadi menurut kesimpuln Lao Tzu terdapat 3 hirarkhi ruang:
1.            Ruang sebagai hasil dari perangkaian secara tektonik.
2.            Ruang yang dilingkupi bentuk stereotomik.
3.            Ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan dunia di luar.

Contoh-contoh bangunan yang memiliki konsep dan filosofi yang sama dengan Lao atau Postmodern space antara lain:

a. Plaza d’Italia
Merupakan sebuah alun-alun yang terbentuk dari objek-objek arsitekturalnya di sekitarnya. Dimana objek-objek sekitarnya menciptakan sebuah ruang ditengah, selain itu pola-pola garis di dalamnya juga memberikan kesan ruang secara abstrak. Kedua objek di dalamnya dibuat kontras dalam hal warna dengan tujuan membentuk ruang diantaranya.

b. Peter Eisenman’s House III
Bangunan ini menggunakan kolom sebagai elemen pembatas ruangnya. Selain sebagai pembatas, kolom juga berfunngsi sebagai elemen dekoratif. Pada bangunan ini tersdapat sebuah kolom yang menembus lantai dan langit-langit. Pada ruang tidur atas, kolom yang tembus ini seolah-olah memberikan kesan dua ruang  maya yang memisahkan dua buah tempat tidur. Dinding-dinding yang ada selain sebagai pemisah juga berfungsi sebagai penghubung antara ruang luar dan ruag dalam.

c. Burns House 
Bangunan ini menunjukkan perbedaan ketinggian lantai yang mengalir tak beraturan dan juga tembok yang saling overlapping sebagai pembentuk ruang.

Geometri Terbatas Jagad Raya
Teori Tempat
Ruang Ilahi: Cahaya Gothic
Teori Ruang
Intuisi, Metafisik, dan Visi Bentuk
https://www.scribd.com/doc/255912178


Apresiasi Budaya: Kebudayaan

Apresiasi Budaya: Kebudayaan

Kebudayaan merupakan sistem terpadu dan terorganisir yang dapat dirinci dalam tiga bagian yaitu :
Sistem teknologi ( peralatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pokok, perlindungan fisik dalam arti luas, peralatan berperang / pertahanan)
Sistem sosial sebagai perangkat untuk mewujudkan kehidupan komunal manusia sebagai mahluk sosial ( pola-pola tingkah laku kolektif maupun individual yang menghasilkan sistem organisasi masyarakat, sistem kemiliteran, sistem pembagian kerja dll )

Sistem idea sebagai perangkat untuk menafsirkan lingkungannya ( gagasan, kepercayaan, dan pengetahuan yang tercermin dalam percakapan, kepercayaan, kesusasteraan, filsafat dll )
https://www.scribd.com/doc/255914474




Apresiasi Budaya: Unsur-Unsur Kebudayaan

https://www.scribd.com/doc/255894811



Apresiasi Budaya: Unsur-Unsur Kebudayaan

1 Bahasa
2 Sistem Pengetahuan
3 Organisasi Sosial
4 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5 Sistem Mata Pencaharian Hidup
6 Sistem Religi
7 Kesenian
https://www.scribd.com/doc/255898369




Arti Dedeleg dan Tatab dalam Arsitektur Bali

Tatab = Listplank
Dedeleg = Struktur atap (lihat gambar)

Info by Swan
Tags: arsitektur tradisional bali


Apresiasi Budaya: Wantah Geometri, Simetri, dan Religiusitas

Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan. Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai pengejawantahan wajah pemilik rumah itu,sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti  juga sisi barat, tempat matahari terbenam; Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian yang berada di sebelah selatan.


Persamaan Bahasa Bali & Toraja

Tags: persamaan / sama kata / bahasa dalam bahasa daerah bali dan toraja

Tabe (tabe'/toraja)= Permisi
Sugi (sugi'/toraja) = Kaya
Tunu = Bakar
Asu (halus/bali, kasar/toraja)= Anjing


Memasukkan Block ke Dalam Kotak - Cad

ketik - XCLIP
Tags: cara memasukkan / mengurung block / garis cad / autocad ke dalam kotak / clipboad / garis, menyembunyikan garis di luar kotak / garis, rumus / shortcut clip