Bale Kulkul Dalung

    PENGERTIAN
    • Merupakan tempat untuk meletakkan ( menghgantungkan ) kulkul ( alat komunikasi tradisional Bali berupa kentongan ).
    • Denah bale kulkul berbentuk persegi empat berada di atas bebaturan.
    • Bale kulkul diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga bunyi / isyarat dapat terdengar jelas.

    Alat komunikasi yang disepakati setiap banjar adalah kulkul atau kentongan. Dengan suara – suara tertentu dari kulkul yang dipukul dapat memanggil anggota banjar untuk datang ke Banjar atau menuju tempat - tempat yang telah ditentukan. Kode – kode tertentu dari suara kulkul dapat pula memberikan informasi – informasi tertentu seperti bencana, kematian, perkawinan dan informasi lainnya kepada anggota banjar.
    Untuk menjalani fungsinya menyampaikan informasi jarak jauh kulkul digantungkan pada bangunan tinggi semacam menara beratap yang disebut Bale kulkul. Kulkul dengan Bale Kulkulnya adalah sarana informasi musyawarah banjar. Setiap kegiatan atau peristiwa banjar yang diinformasikan dengan memukul Kulkul adalah peristiwa banjar. Untuk mudahnya pencapaian, mudah dilihat Bale Kulkul sebagai pengenal Bale Banjar, ditempatkan di sudut depan pekarangan. Bangunan Bale Kulkul, juga dibangun di sudut pekarangan pura atau di tempat – tempat musyawarah lainnya, bentuknya susunan tepas , batur, sari, dan atap penutup ruang Kulkul atau kentongan.


    LATAR BELAKANG
    Kulkul atau kentongan merupakan salah satu media komunikasi dalam kegiatan sosial dalam masyarakat yang telah dipergunakan oleh terutama masyarakat Bali yang telah dipergunakan dari jaman dulu sampai sekarang. Bale Kulkul telah mengalami perubahan atau perkembangan yang cukup pesat. Perubahan ini tidak dapat dipungkiri lagi karena adanya tuntutan perkembangan pemakai dan perkembangan teknologi. Kecenderungan perubahan ini terjadi hampir dimana-mana hanya kualitas dan intensitasnya yang berbeda-beda, dikarenakan oleh keadaan ekonomi masyarakat setempat, keperluan dan keinginan dari tingkat kegotongroyongan, kepemimpinan masyarakat dan kesempatan untuk memikirkan dan melaksanakan perubahan atau perkembangan tersebut.

    FILOSOFI DAN KONSEPSI BALE KULKUL
    Secara realita setiap Banjar memiliki Kulkul yang bentuknya bermacam-macam : besar, kecil, panjang, pendek. Demikian pula bahannya berbeda, dalam masyarakat Bali peranan Bale Kulkul sangat penting. Disamping itu ada Kulkul yang dikeramatkan dan di sucikan. Karena pengaruh teknologi modern dan ilmu pengetahuan yang semakin maju Kulkul mengalami perubahan fungsi, karena yang dikomersilkan. Maka Kulkul ada yang berfungsi sebagai hiasan dirumah dan dihotel, dengan adanya perubahan fungsi Kulkul ini maka, hal ini akan menimbulkan perubahan sikap social negative bagi para masyarakat di Bali.

    FUNGSI BALE KULKUL
    • Peranan atau kedudukan Bale Kulkul dalam masyarakat sangat penting. Bangunan Bale Kulkul ini berfungsi sebagai alat komunikasi yang ada di setiap Banjar yang ada di Bali. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi jarak jauh dengan kode – kode suara kulkul yang berbeda – beda, dimana setiap kode suara mempunyai maksud informasi tertentu yang telah menjadi kesepakatan seluruh anggota banjar tersebut. Penyalahgunaan dari pada kulkul ini dapat berakibat pada hal-hal negatif . Oleh karenanya penggunaan dari pada kulkul ini harus dengan sangat hati-hati.
    • Bale Kulkul sebagai alat komunikasi yang disepakati setiap banjar.
    • Bale Kulkul sebagai tempat kulkul yang dibunyikan pada awal,akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.

    JENIS-JENIS KULKUL
  1. Menurut Golongan
    1. Kulkul Dewa
    Bahan        
    : Kayu Nangka
    Kegunaan   
    : Untuk upacara Dewa Yadnya
    Tempat
    : Dijaba Pura berdekatan dengan Bale Pagajahan

    1. Kulkul Manusia
    Bahan        
    : Kayu nangka, kayu jati dan kayu lainnya
    Kegunaan
    : untuk mengumpulkan anggota Banjar bilamana ada
    pekerjaan banjar
    Tempat    
    : Dibale Banjar, di bale Kulkul, di pohon dekat bale banjar

    1. Kulkul Buta
    Bahan        
    : Bambu ( tetimpung )
    Kegunaan    
    : Upacara Bhuta Yadnya

    1. Kulkul Hiasan
    Bahan        
    : Bebas
    Proses        
    : tidak menlalui sakralisasi
    Letak        
    : Bebas yaitu dirumah pribadi, restaurant, hotel dan kebun
    Tujuan    
    : keindahan bagi pemiliknya

  2. Menurut Fungsi
    • Sebagai alat komunikasi
      • Komunikasi dengan Dewa ( Kulkul Dewa )
      • Komunikasi dengan manusia ( Kulkul manusia )
      • Komunikasi dengan Buta ( Kulkul buta )
    • Sebagai identitas Banjar
    Apabila kulkul Banjar A berbunyi, maka Banjar lain mengetahui bahwa yang berbunyi adalah Kulkul Banjar A, karena memiliki kode tersendiri
    • Sebagai alat pemersatu
    Apabila Kulkul berbunyi, anggota Banjar keluar melakukan pekerjaan sesuai dengan kode yang disepakati bersama.
    • Sebagai barang hiasan
    Kareana kemajuan teknologi modern, urbanisasi ( bercampurnya kebudayaan ), maka kian hari fungsi kulkul berkurang di kehidupan masyarakat Bali, lebih-lebih pada masyarakat kota, segala kegiatan ditentukan dengan jam dan papan pengumuman di Bale Banjar.

    LETAK / PENEMPATAN
  3. Dipertigaan Jalan
  4. Bale kulkul terrletak disudut jalan.

  5. Diperempatan Jalan
  6. Bale kulkul terletak disudut jalan


    Pola bentuk Bale Kulkul pada Bale Banjar
    • Bentuk kerangka tiang atap kedua terdapat kulkul dan dilantai kesatu ( ground Floor ), terdapat ruang untuk duduk-duduk
    • Bentuk menara dengan tiang empat
    • Bentuk menara dengan tiang delapan, empat tiang ada ditengah dan empat tiang ada diluar.


    PROSES PEMBANGUNAN BALE KULKUL
    Dalam pembangunan Bale Kulkul ini penulis akan sajikan proses pembuatan dan pendirian Bale Kulkul yang mana sumber informasinya adalah Undagi Pekak Nerit dari Banjar Muding Kaja, Desa Kerobokan Denpasar Barat.
    1. Persiapan
    Untuk mendirikan Bale Kulkul, pada tahap persiapan diawali dengan musyawarah anggota Banjar, untuk kesepakatan milik bersama anggota Banjar.
    Untuk mewujudkan ide rancangan dimusyawarakan dengan Undagi. Penentuan hari baik/ dewasa Ayu dimusyawarakan dengan pengarah upacara/Pedanda dan tkang banten yang akan membuat saran Upacaranya. Musyawarah dilakukan untuk rencana kerja penentuan tenaga kerja, proses membangun dan penyelenggaraan upacara.

    1. MenentukanTempat
    Untuk mendirikan bangunan diperlukan suatu areal tanah yang memenuhi persyaratan, baik syarat fisik maupun syarat kepercayaan sesuai dengan fungsi bangunan yaitu : sebagai tempat Bale Kulkul.
    Penempatan Bale Kulkul terletak pada areal bale Banjar yaitu :
    • Disebelah Timur jalan, Bale Kulkul terletak di Barat Laut.
    • Disebelah Barat Jalan, Bale Kulkul terletak di Tenggara
    • Disebelah Utara jalan, Bale Kulkul terletak di Barat daya
    • Disebelah Selatan jalan, Bale Kulkul di Barat Laut
    • Dipertigaan Jalan, Bale Kulkul terletak di sudut jalan.
    • Diperempatan jalan, Bale Kulkul terletak disudut jalan.

    1. Nyukat karang
    Dengan terlebih dahulu membersihkan areal yaitu : penebangan pohon yang tak berguna, merabas semak-semak dan lain-lainnya, kemudian dilakukan pengukuran/nyukat karang untuk menentukan panjang dan lebar pekarangan dengan memakai ukuran “ depa “. Kalau untuk menentukan tampak yaitu : 4 tampak + sample jarak tepas hujan dari seluruh sisi tembok bagian dalam.

    1. Gegulak
    Untuk memulai pekerjaan konstruksi, Undagi membeuat satu dasar ukuran yang disebut gegulak, yang dibuat dengan sebilah bambu yang diisi tanda-tanda / ukuran, sebagai dasar untuk menentukan lebar dan tinggi bangunan.
    Setelah bangunan itu selesai / di plaspas, gegulak itu dilebur / di pralina.

    1. Pengolahan Bahan
    Kayu sebagai bahan konstruksi rangka merupakan bahan wajib yang telah ditetapkan penggunaanya. Penggunaan kayu dipilih berdasarkan atas penggolongan-penggolongan kelas kayu menurut penggolongan dari yang utama sampai yang kurang utama. Penentuan kwalifikasi ini adalah atas dasar pertimbangan filisofis.
    Untuk bangunan perumahan maka kelas kayu yang bisa dipakai dari yang utama sampai kurang utama adalah :
    • Kayu wangkal yang sampai tergolong kelas Prabu
    • Kayu kutat yang tergolong kelas Patih
    • Kayu blalu yang tergolong kelas Arya
    • Kayu bentemu yang tergolong kelas Demung
    • Kayu endep yang tergolong kelas Temenggung.
    Pemilihan kayu jga memperhatikan persyaratan kepercayaan dimana kayu-kayu yang tidak dipakai sebagai bahan bangunan adalah :
    “ kayu yang disambar petir, kayu yang tumbuh dibatas pekarangan, tumbuh dari pengkalnya yang telah ditebang, tumbuh ditepi sungai, tumbuh dikuburan rebah ditempa pohon lain, rebah tersangkut dipohon lsin………….. 3).
    Setelah mendapatkan kayu yang sesuai dengan persyaratan melalui penebangan, bahan tersebut kemudian diolah oleh Undagi dengan membelah, pelubangan sesuai dengan gegulak. Pengadaan bahan dan pengolahan bahan pondasi, bataran/baturan dan dinding adalah memanfaatkan batu alam dan mengolah tanah untuk batu bata.
    Untuk bahan atap, menggunakan alang-alang.
    Alang-alang yang dikeringkan terlebih dahulu dan setelah kering diolah menjadi lembar-lembar yang disusun dengan batang bamboo buluh atau dapat juga sebilah batang pinang yang disebut “ tinjeh “ dan “ jalon “, disusun sedemikian rupa sehingga menjadi bahan atap, yang siap akan dipasang yang disebut “ iketan “
    Sedangkan kayu untuk balr kulkul adalah kayu nangka, katu jati dan kayu lainnya.

    1. Ngeruak Karang
    Ngeruak karang adalah pekerjaan pembongkaran karang / tanah untuk pondasi bangunan. Dewasa yang dipakai : Waraspati Pon, penanggal ping 3, Wuku wayang.

    1. Nasarin
    Nasarin adalah upacara perletakan batu pertama, dimana untuk bangunan Bale Kulkul tempat perlatekannya disudut Timur Laut ( kaja kangin ), pada lubang pondasi.
    Sebagai bahan perletakan adalah batu bata merah yang dirajah / digambar bedawang nala dihias dengan kain putih dan diisi kwangen ditanam sebagai dasar bangunan. Waktu pelaksanaan sesuai dengan ketentuan Sasih, Wewaran dan Dewasa Ayu yaitu : Kajeng Kliwon, Kajeng dan Beteng. Tujuannya adalah memohon kekuatan pada Bumi supaya bangunan menjadi kokoh.

    1. Perakitan
    Setelah elemen-elemen konstruksi selesai dikerjakan maka dilanjutkan dengan kerangka bangunan. Upacara ini disebut Ngaug suduk yaitu memasukkan suduk kelubuknya. Tujuan upacara ini agar terwujudnya ikatan konstruksi dengan kokoh dan stabil, pertemuan pen dengan lubang agar bertemu rapat dan kuat. Upacara Ngaug sunduk dilakukan pada tiang kaja kangin (timur laut ). Waktu pelaksanaan adalah pada pagi hari pada saat Matahari menembus lubang tiang. Setelah Upacara Ngaug sunduk dilanjutkan dengan perakitan elemen-elemen konstruksi lainnya sehingga menjadi rangka bangunan. Dewasa yang dipakai yaitu : Kajeng Maulu, Pakenan Mas, Purnama dengan persyaratan tidak jatuh pada Pasah.

    1. Memakuh
    Memakuh adalah upacara yang berkaitan dengan usaha-usaha membersihkan bahan-bahan sekaligus memberikan kekuatan jiwa sehingga bangunan menjadi kuat dan stabil. Upacara ini dilakukan pada tiang pemakuhan yaitu disudut Kaja Kangin. Kaki Tiang dihias dengan kain putih sebagai lambing diri kebersihan dan selanjutnya diolesi darah ayam hitam sebagai simbul Dewa Wisnu, manifestasinya Tuhan sebagai pemeliharaan. Pelaksanaannya adalah dengan memukul kaki tiang tiga kali dengan alat pemukul dari kayu/pengotok. Dewasa yang dipakai : Kajeng keliwon, Kajeng Beteng.

    1. Mengatapi
    Mengatapi juga disebut “ ngeraabin “ yaitu memasang bahan atap/penutup. Pelaksanaannya juga memakai dewasa Ayu, yaitu : Tulus, Dadi. Diamana hari yang perlu dihindari untuk mengatapi adalah Gni Rewana yang menurut kepercayaan bila memilih dewasa tersebut akan selalu kebakaran.

    1. Pemelaspas
    Pemelaspas merupakan pekerjaan finishing pada suatu bangunan, dengan tujuan : untuk penyucian / menyucikan pekerjaan ( bangunan ), untuk dapat mulai berfungsi. Dewasa yang dipakai : Waraspati Wage penaggal ping3.

    1. Penanaman Pedagingan
    Penanaman pedagingan pada Bale Kulkul ditanam atau dipendem diatas/pada bagian badan Bale Kulkul dengan tujuan untuk mengisi bangunan Bale Kulkul agar mempunyai kekuatan/sacral. Dewasa yang dipakai : Buda paing penanggal ping 5, Wuku tanpa guru, Penurga Merti Kunda atau Sanghayang Licin, tan Wilang Sasih. Isi dari pada Pedagingan : Peripihan mas, jarum perak, jarum besi, jarum mas, peripihan perak, peripihan besi, peripihan tembaga, jarum tembaga, mirah delima, wangi wangian, ( dedes, rasmen ), akar uang kepeng sebelas ( 11 ) keteng.

    STUDI KASUS

    LOKASI

    DENAH PURA DALEM

    DENAH, BENTUK, DIMENSI BALE KULKUL
    • Denah
    • Bentuk
    Adapun bentuk dari bale kul-kul ini adalah kubus yang bertumpuk tiga dan paling atas terdapat bale sebagai tempat kul-kul yang menyerupai bale saka pat.
    • Dimensi

    FUNGSI
    Fungsi dari bale kul-kul yang ada di Pura Desa lan Puseh yang ada di Desa
    Adat Dalung ini adalah sebagai tempat menaruh kul-kul yang merupakan sarana penyampaian informasi secara tradisional apabila pura mengadakan piodalan atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pura sendiri. Bale Kul-kul berfungsi sebagai genah kul-kul yang memiliki fungsi sebagai sarana pemberi informasi atau tanda apabila di pura tersebut ada karya.

    MAKNA
    Bale kul-kul ini memiliki makna yang sangat penting mengingat bale ini merupakan bangunan pendukung pada areal pura maupun pendukung dalam prosesi upacara.

    BAHAN DAN MATERIAL
    Bahan dan material yang digunakan pada Bale Kulkul ini antara lain:
    • Ijuk digunakan sebagai penutup atap
    • 1 buah kulkul, struktur atap, saka, dan bale terbuat dari kayu
    • Dibawah reng terdapat anyaman bambu (bedeg)
    • Bahan struktur pada bagian badan (Batur) dan kaki (Tepas) adalah tanah urug, batu bata dan paras

    LETAK DAN ORIENTASI
    Bale Piyasan Panglurah yang terdapat di Pura Tirta Empul ini berada di kawasan Jeroan Pura (Utama Mandala). Bale Piyasan Panglurah ini memiliki orientasi yaitu kearah utara-selatan atau kaja-kelod. Yang mana arah utara / kaja merupakan arah yang suci / sakral yang melambangkan tempat Para Dewa. Sedangkan arah selatan / kelod merupakan arah profan / tidak sakral atau arah laut (segara).
    Bangunan Bale Piyasan Panglurah ini juga mempergunakan konsep Hulu – Teben atau Nyegara – Gunung. Seperti yang kita ketahui, Gunung berfungsi sebagai Ulu yang merupakan kawasan Suci, sedangkan Segara atau laut berfungsi sebagai Teben. Posisi bangunan Bale Pamereman ini berada tepat di kawasan Utamaning Madya.


    Tata letak bangunan Bale Piyasan Panglurah ini disesuaikan dengan konsep Tri Mandala dan konsep Sanga Mandala.
    Konsep Sanga Mandala
    NU
    MU
    UU
    NM
    MM
    UM
    NN
    UU
    UN

    Keterangan :
    U
    = utama
    M   
    = madya
    N   
    = nista


    ORNAMEN
    Filosofi Penempatan Ornamen

    • Bale & Atap (swah Loka) sebagai bagian utama tempat digantungnya kulkul (kentongan)

    • Batur (Bwah Loka) dihiasi dengan ornamen menyerupai binatang (termasuk alamnya manusia)

    • Sari (Swah Loka) Alam para Dewa, disini dihiasi dengan ornamen berupa patra-patra dan karang manuk (burung)
      
    • Tepas (Bhur Loka) pada bagian ini ornamen yang menghiasi berumpamakan alam bawah yaitu binatang besar yang menginjakkan kakinya di tanah.

    KEKARANGAN
    • KARANG GOAK


    Bentuknya menyerupai kepala burung gagak atau goak. Disebut pula karang manuk karena serupa dengan kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya. Karang goak dengan paruh atas bertaring dengan gigi-gigi runcing dan mata bulat. Sesuai dengan kehidupan manuk atau gagak yang bersayap, Hiasan Karang Goak atau Karang Manuk ditempatkan pada sudut-sudut bebaturan di bagian atas.Karang Goak sebagai hiasan pada bagian kepala dan pipi dilengkapi dengan hiasan pattra punggel. Karang Goak disatukan dengan karang simbar dari jenis flora yang ditempatkan di bagian bawah karang goak.

    • KARANG ASTI / GAJAH


    Disebut juga gajah karena asti adalah gajah. Bentuknya mengambil bentuk gajah yang diabstrakkan sasuai dengan seni hias yang diekspresikan dengan bentuk kekarangan. Karang asti yang melukiskan kepala gajah lengkap dengan belalai dan taring gadingnya bermata bulat. Hiasan flora patra punggel melengkapi kearah pipi asti. Sesuai kehidupannya di tanah, karang asti ditempatkan sebagai hiasan sudut-sudut bebaturan bagian bawah yang merupakan alam bawah (Bhur Loka)

    • KARANG TAPEL


    Serupa dengan karang boma dalam bentuk yang lebih kecil hanya dengan bibir atas. Gigi datar taring runcing mata bulat dengan hidung kedepan lidah terjulur, Tapel adalah topeng, bagian muka yang diambil dari berbagai jenis muka galak. Hiasan kepala dan pipi menggunakan patra punggel. Ke arah bawah kepala menggunakan karang simbar dari jenis flora yang disatukan. Karang tapel ditempatkan sebagai peralihan bidang di bagian tengah.











    KEUNIKAN
    UPAKARA
    • Peras Ajengan
    • Suci Asoroh
    • Canang Lenga Wangi Burat Wangi
    • Rantasan Putih Kuning
    • Lamak

    KESIMPULAN
    • Ragam hias atau ornamen dari bale kulkul mengambil perumpamamaan tumbuhan atau hewan dan alam dimana dilatarbelakangi oleh bumi terbentuk dari lima unsur yang disebut Panca Mahabhuta, apah (air/zat cair), teja ( sinar),Bhayu (angin),akhasa (udara), pertiwi (tanah bebatuan/zat padat).
    • Bentuk dan Gaya ornamen Bale Kulkul terbagi menjadi beberapa bagian tergantung pada desa, kala, patra dalam artian tergantung pada tempat, waktu dan juga kebudayaan atau adat-istiadat setempat, sehingga adanya beberapa pariasi pada gaya dan bentuk itu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar