Gadis yang berkorban nyawa untuk pria yang dicintainya dengan tulus walaupun kenyataan Yi Chuan tidak mencintainya.
Ketika Lu Su dan Yi Chuan terkena penyakit mematikan. Oleh tabib paling hebat hanya memiliki satu obat untuk penyakit itu. Jika obat itu dibagi dua maka mereka setidaknya dapat menunda kematian dalam setengah musim. Diam-diam Lu Su memohon kepada tabib agar obat itu diberikan kepada Yi Chuan namun tabib mengatakan dalam dunia kedokteran pun dia seharusnya akan menolong Lu Su duluan. Setelah Lu Su memohon dengan belas kasihan akhirnya sang tabib mengabulkannya.
Ketika Lu Su dan Yi Chuan terkena penyakit mematikan. Oleh tabib paling hebat hanya memiliki satu obat untuk penyakit itu. Jika obat itu dibagi dua maka mereka setidaknya dapat menunda kematian dalam setengah musim. Diam-diam Lu Su memohon kepada tabib agar obat itu diberikan kepada Yi Chuan namun tabib mengatakan dalam dunia kedokteran pun dia seharusnya akan menolong Lu Su duluan. Setelah Lu Su memohon dengan belas kasihan akhirnya sang tabib mengabulkannya.
Yi
Chuan terbangun dan menyadari kenyataan pahit bahwa Lu Su telah pergi
jauh meninggalkannya. Yi Chuan sangat sedih mengetahui sahabat
terbaiknya telah sangat berani menukar nyawa untuknya.
Tubuh Lu Su dikremasi agar penyakitnya tidak tersebar. Pengorbanan Lu Su memberikan inspirasi kepada Yi Chuan.
Dari semua adegan sepanjang film The Myth 2010, saya paling suka adegan
ini. Mengapa saya memposting film ini. Benar-benar membuat saya
bersemangat sekaligus terharu. Ketika Yi Chuan menjadi budak yang
dikirim ke kota sebelah yang dikawal oleh para prajurit. Dalam
perjalanan itu mereka harus melalui sebuah gurun pasir yang panjang.
Hingga dalam perjalanan yang sudah jauh ada salah satu budak yang
fisiknya tidak kuat lagi sehingga terjatuh dan hampir pingsan. Si budak ini
benar-benar sudah hampir mati karena persediaan airnya sudah habis. Oleh
para budak-budak lain sangat prihatin, tapi bagaimana mereka mau
menolong sedangkan persediaan air mereka juga sudah sedikit untuk
melanjutkan perjalanan yang masih jauh. Pemimpin prajurit berkata untuk melanjutkan perjalanan yang masih panjang dan meninggalkan
budak yang hampir mati itu.
Yi Chuan dengan berani angkat bicara di antara para prajurit yang gagah berani. Dia memberikan sisa airnya kepada budak itu. Pemimpin prajurit berkata, "Kamu harus tahu hukumnya ketika berada di padang gurun. Kalau yang satu gugur maka kamu harus membiarkannya. Jika kamu menolong maka kamu malah akan menjadi korban."
Yi Chuan berkata, "Saya sudah pernah mengalami kesakitan hebat ketika saya hampir mati, saya berharap seseorang akan datang menolong saya." Kemudian Yi Chuan menambahkan, "Lalu datang seseorang yang tidak hanya menolong saya, tapi mengorbankan nyawa untuk saya. Seorang wanita."
Pemimpin prajurit berkata,"Jika budak itu menjadi kamu saat ini dan kau menjadi budak itu yang meminta pertolongan apakah kamu yakin budak ini akan menolongmu?"
Yi Chuan menjawab, "Walaupun dia tidak menolongku, aku tetap akan melakukannya".
Yi Chuan memberikan minum kepada orang itu dan membantunya berjalan. Pemimpin prajurit marah dan mencambuk Yi Chuan. Yi Chuan tak peduli sambil menahan sakit dia berjalan membopong budak itu. Pemimpin prajurit lalu mengikat terali besi kekedua orang itu sambil berkata, "Lihatlah betapa dia akan menyusahkanmu sepanjang perjalanan." Terali itu disambungkan satu sama lainnya. Yi Chuan diam saja dan melanjutkan perjalanan. Diam-diam Pemimpin pasukan tersenyum bangga melihat komitmen Yi Chuan.
Di satu sisi Gao Yao sahabat Yi Chuan, juga mengalami penderitaan yang luar biasa menjadi budak. Dia ditempatkan untuk menjadi budak istana dan sayangnya Gao Yao tidak mengetahui kekejaman dari istana. Gao Yao datang dengan kepolosannya masih mempertahankan gaya yang bodoh dan ugal-ugalan. Sifatnya ini menjadi cambuk luar biasa buat dirinya. Kekejaman memang sangat berlaku untuk budak paling rendah seperti Gao Yao. Selalu dicambuk bila melakukan kesalahan yang sedikit. Dan selalu dikerjain dengan sadis oleh budak-budak lain. Disiksa hingga hampir mati merupakan makanan sehari-hari Gao Yao. Ditendang sampai tulang patah dan pendarahan, diikat sambil disiksa dengan pisau. Dalam keadaan tulang remuk Gao Yao masih disuru-suru mengangkat yang berat-berat. Gao Yao memang seperti rusa yang masuk ke kandang singa. Perlakuan yang tidak berperikemanusiaan yang dialami Gao Yao setiap harinya selama bermusim-musim membuatnya sangat dendam.
Membahagiakan dari sisi Gao Yao ketika pejabat mencari koki untuk Pangeran kecil. Pangeran kecil terkenal dengan kesadisannya. Jika makanan yang dimakan tidak sesuai dengan seleranya maka si koki akan dicambuk beratus kali. Peluang muncul ketika pejabat masuk ke dapur dan mencari koki yang baru karena koki lama sudah dicambuk hingga pingsan sehingga para koki lain tidak mau, ujung-ujungnya Gao Yao yang selalu dikerjain ditempatkan untuk jadi koki pangeran kecil.
Bakat Gao Yao yang pintar masak memang mendapatkan jempol oleh pangeran kecil hingga Gao Yao naik pangkat. Penyiksaan sadis yang dialami Gao Yao berakhir di sini. Namun kegilaan Gao Yao akan kekuasaan dimulai dari sini. Kisahnya yang dipenuhi dengan abisius dan kerja keras dalam merangkak ke posisi yang tinggi menjadikannya melupakan kebaikan.
Dalam perjalanan jauh dan melelahkan para budak dan prajurit akhirnya menemukan tempat istirahat. Tumbuhan liar sudah ada dimana-mana menandakan adanya sebuah kehidupan. Nyawa Yi Chuan dan budak yang ditolong tidak perlu lagi dipertanyakan.
Namun kendala, negara tetangga yang mengetahui perjalanan penyeberangan mereka menyerang prajurit untuk mengambil budak-budaknya. Kunci terali besi untuk budak-budak kemudian diserahkan oleh salah satu prajurit suruhan dari Pemimpin prajurit agar mereka melarikan diri. Semua budak lari menyelamatkan diri kecuali Yi Chuan yang merasa berhutang budi pergi membantu peperangan prajurit. Di dalam peperangan Yi Chuan ahli beladiri dapat menjatuhkan musuh tanpa menggunakan alat namun tidak berani memakai pedang karena tidak berani membunuh. Hingga Pemimpin prajurit terkena sayatan di kaki sehingga tidak bisa lagi membela diri. Seorang prajurit musuh menyerang Pemimpin prajurit dari belakang, refleks Yi Chuan mengambil pedang dan menikam prajurit itu dengan cepat sehingga nyawa Pemimpin prajurit tertolong. Yi Chuan membantu Pemimpin prajurit melarikan diri tetapi sejauh mereka berlari akhirnya dihadang oleh kecepatan pasukan negara tetangga. Akhirnya mereka menjadi tawanan budak di negara tetangga.
Di negara tetangga, Yi Chuan, Pemimpin prajurit dan budak-budak lainnya yang ditangkap di daerah yang berbeda-beda dikumpulkan untuk menjadi hadiah ulang tahun Putri Yu Shu sebagai tanda kedewasaannya. Putri Yu Shu yang memiliki belas kasihan terkaget dengan hadiah semacam itu sehingga memohon agar membebaskan budak-budak itu. Namun permintaan Putri tidak dikabulkan oleh ayahnya. Ternyata para budak-budak itu akan dijadikan pertunjukan untuk melawan singa kelaparan. Pada akhirnya mereka semua selamat dari singa kelaparan berkat usaha gigih Yi Chuan.
Di dalam kurungan penjara, Pemimpin prajurit yang jiwa patrioknya tinggi sangat tidak suka menjadi budak negara tetangga, sehingga dia berencana melarikan diri, mati ketahuan pun tidak mengapa. Aksinya ini didukung oleh semua budak juga Yi Chuan sehingga mereka merencanakan pelarian dengan matang. Tiba saatnya malam yang ditentukan, aksi pelarian ini dimulai. Namun belum jauh mereka melarikan diri, kedapatan oleh Jendral Jin, Jendral yang hebat di negara itu. Para budak yang melarikan diri kemudian ditangkap dan dilaporkan ke Putri Yu Shu. Putri Yu Shu yang sudah merasa iba mengatakan bahwa dia yang menyuruh budak itu melarikan diri. Jendral Jin yang mengetahui kelembutan hati Putri tentu tidak percaya sehingga Putri Yu Shu memberikan ide taruhan, sebuah pertandingan yang jika budaknya menang maka budaknya akan dibebaskan. Sebaliknya jika Jendral Jin yang menang maka para budak tetap harus menjadi budak.
Yi Chuan dimajukan untuk pertandingan ini melawan Jendral Jin karena keberhasilannya melawan singa kelaparan. Pertandingan pertama dan kedua adalah seri karena mereka memiliki kehebatan yang sama. Hanya saja Jendral Jin adalah sadis, berani membunuh dengan gampang dan cepat sedangkan Yi Chuan sangat sayang terhadap setiap nyawa. Pertandingan ketiga kemudian dilakukan keesokan harinya untuk mempersiapkan diri masing-masing fisik keduanya.
Pagi hari diam-diam Putri Yu Shu bertemu dengan Yi Chuan dan berkata bahwa sebaiknya dia harus melarikan diri. Pertandingan ketiga ini tidak mungkin dimenangkan oleh Yi Chuan karena pertandingan sudah terlebih dahulu dirancang Jendral Jin. Putri mengusulkan agar melarikan diri secepat mungkin agar tidak ketahuan oleh Jendral Jin dan pasukannya. Dengan terpaksa Yi Chuan berlari menuruni bukit, ternyata Jendral Jin sudah menunggu dengan pedang tajam sambil bersembunyi di lembah bukit.
Tiba-tiba Yi Chuan kembali membawa sekumpulan bunga untuk Putri Yu Shu. Putri kaget dan berkata mengapa kesempatan emas itu tidak digunakan, malah digunakan untuk bermain-main. Yi Chuan berkata bahwa dia sudah berjanji untuk melakukan pertandingan itu, jika dia melarikan diri, lalu ada budak-budak yang sudah berharap kepadanya. Jika memang akan kalah atau menang, dia sudah berusaha melakukannya. Putri Yu Shu mengambil bunga itu dan tersenyum bangga. Tiba-tiba datanglah Jendral Jin dan berkata, kau menang dalam pertandingan ketiga. Ternyata pertandingan ketiga adalah menguji kepribadian dari Yi Chuan.
Karena menang tentunya para budak dibebaskan. Pemimpin prajurit pulang ke negaranya dan budak-budak memohon kepada Putri Yu Shu agar lahan kosong di daerah perbukitan itu dikelola dan digunakan untuk tempat tinggal. Putri memperbolehkannya dan bebas menggunakan dalam 3 tahun lalu setelah mereka berpenghasilan baru membayar pajak. Lama kelamaan desa itu menjadi desa yang indah, Yi Chuan ditawari posisi yang bagus dalam kerajaan namun menolak karena lebih menyukai menjadi rakyat biasa. Jendral Jin sering mampir ke desa itu bercengkrama dengan Yi Chuan karena mengagumi kepribadian pemuda itu. Putri Yu Shu juga sering mampir ke desa itu. Putri diam-diam menaruh hati kepada Yi Chuan demikian pula sebaliknya. Ternyata Jendral Jin juga diam-diam mengagumi Putri Yu Shu yang dalam keterbatasannya hanya sebagai Jendral.
Berita datang dari negara tetangga, seorang Raja yang sudah berumur
tua melamar Putri Yu Shu menjadi salah satu selirnya. Putri tidak dapat
menolak lamaran itu, itu sudah menjadi tugasnya sebagai Putri untuk
rakyat-rakyatnya. Walaupun cintanya hanya untuk Yi Chuan namun jika ia
menolak maka tentu negaranya akan bermusuhan dengan negara tetangga yang
akan menjadi malapetaka bagi negara dan rakyatnya.
Yi Chuan dan
Jendral Jin yang tidak menyetujui Putri Yu Shu akan dijadikan selir oleh
Raja yang sudah berumur tua itu sehingga mereka merencanakan menculik
Putri di dalam perjalanan.
Penculikan mengalami kendala karena
yang mengawal Putri adalah Jendral Meng Tian, jendral hebat negara
tetangga dan pasukan Meng yang juga tak kalah hebat.
Yi Chuan dan
Jendral Meng Tian berduel mati-matian. Melihat Putri Yu Shu diseret oleh
keretanya ke tepi tebing refleks mereka berdua berusaha menolong namun
mereka bertiga terjatuh ke dalam tebing.
Nasib mujur, dibawah
tebing itu adalah sebuah sungai, Putri selamat karena dilindungi oleh
kedua pemuda itu namun mereka terluka parah oleh perkelahian dan
benturan sehingga membuat mereka tidak sadarkan diri selama
berhari-hari.
Putri Yu Shu hidup sendiri di dalam hutan tak
berpenghuni itu. Pakaiannya kotor dan compang camping. Sendiri ia
belajar dengan susah payah menangkap ikan di sungai dengan menggunakan
tongkat kayu yang diruncingkan, masuk ke hutan mencari daun-daun yang
bisa dijadikan obat, menyalakan api, menganyam keranjang dari hasil
hutan, menyusuri hutan mencari tempat tinggal yang teduh dan merawat
kedua pemuda itu. Sampai Jendral Meng Tian dan Yi Chuan siuman mereka sangat kagum
dengan kegigihan Putri Yu Shu yang sudah terbiasa hidup manja di dalam
istana namun bisa hidup sendiri di dalam hutan tanpa kesulitan.
Dalam perjalanan ke negara tetangga dimana Putri Yu Shu akan menjadi selir, banyak hal yang manis yang dilalui Putri dan Yi Chuan sepanjang perjalanan. Bermain di sungai, mengejar kelinci dan menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan dengan kawalan Jendral Meng Tian. Sepanjang perjalanan itu Yi Chuan dan Putri Yu Shu semakin saling mencintai.
Tibalah di daerah perbatasan, ditandai sebuah benteng yang tinggi. Matahari sudah hampir tenggelam, Putri meminta kepada Jendral Meng Tian untuk menunggu semalam agar besok baru masuk istana. Malam terakhir untuk Yi Chuan dan Putri Yu Shu. Bintang-bintang di langit yang gelap memberikan mereka keberanian untuk mengatakan perasaan mereka masing-masing. Hewan-hewan malam bernyanyi sedih, api unggun sebentar lagi akan redup mendengar kisah mereka. Hati semakin sakit menghadapi kenyataan bahwa sebentar lagi mereka akan berpisah.
Yi Xiao Chuan / Yi Da Chuan / General Meng Yi (Hu Ge)
Gao Yao / Zhao Gao (Chang Shih)
Lu Su (Jin Sha)
Princess Yu Shu (Bai Bing)
Meng Tian (Allen Ting)
General Jin (Yizhen)
* penceritaan di sini tidak sepenuhnya tepat seperti pada filmnya. ada sedikit penambahan agar lebih menarik :)
Tag: characters, karakter, artist, pemain, cerita, photo, foto, lengkap, cuplikan, cinta, pengorbanan, kesatria