Pada
bangunan bahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
- Bahan yang tergolong untuk bahan struktur
- Dan bahan yang tergolong untuk bahan finishing
Bahan struktur
- Batu alam/batu bata (natura stone/redbrick)
Bahan batu baata atau batu alam
merupakan awal perkembangan pemakaian bahan untuk bangunan berlantai lebih dari
satu. Konstruksinya sangat sederhana, dengan susunan saling terkait atau
susunan rolag.
- Baja (steel/monobeam).
Berkembang pada abad pertengahan,
dimana bangunan dengan lantai banyak mulai berkembang, melanda kota-kota di
Eropa dan Amerika untuk mengimbangi perkembangan jumlah penduduk kota.Bahan ini
kurang memberikan kekakuan pada struktur, sehingga para arsitek dan engineer
dituntut untuk mengembangkan berbagai sistem struktur yang sesuai dengan
karakteristik baja.
- Beton bertulang (reinforcement concrete)
Bahan ini memadukan karateristik dari
dua bahan yang berbeda, yaitu kuat tarik baja dan kuat tekan beton. Dengan
perpaduan ini diharapkan bahan mampu untuk menahan beban tinggi terutama pada
bangunan tinggi. Kelemahan pada pemakaian bahan ini adalah bahwa berat sendiri
dari bahan struktur ini sangat besar (berat jenis ~ 2.4 ton/m3), sehingga
kurang cocok untuk bangunan yang mempunyai rasio tnggi besar (bangunan tinggi
ramping)
- Beton komposit baja (Concrete composite steel).
Umumnya bahan ini yang lebih banyak
digunakan untuk bangunan tinggi, karena kekuatannya yang memadai untuk menahan
beban lateral akibat tiupan angin.
- Plastik komposit (plastic steel)
Bahan ini lebih banyak digunakan untuk
bagian struktur yang tidak menerima beban besar, dan cendrung hanya digunakan
pada bagian atas dari bangunan tinggi, karena berat-jenisnya yang relatif
ringan.
- Fibre komposit (fibre steel).
Karakteristik bahan ini hampir sama
dengan plastic steel,
Bahan
finishing untuk bangunan tinggi.
Yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk bangunan tinggi adalah “fungsi
dan posisi” dari bahan yang akan dipasang , terutama bahan bagian luar
bangunan.
Yang
harus diperhtikan adalah :
- Posisi bahan finishing.
Pemilihan bahan finishing harus
disesuaikan dengan posisinya, apakah dibagian bangunan yang selalu berhubungan
dengan cuaca luar, apakah merupakan lintasan banyak orang, apakah pada areal
yang sering berminyak/mudah kotor, apakah pada ruang yang berhubungan dengan
zat-zat kimia, apakah pada bagian dimaka kemungkinan kebakaran sangat besar dan
sebagainya.
Yang terpenting adalah bagaimana
Arsitek dapat mengapresiasi kegiatan yang terjadi pada suatu bagian bangunan,
sehingga Arsitek sendiri dapat menikmati kegiatan tersebut secara aman dan
nyaman.
Berbeda dengan material yang dipakai
untuk finishing bagian luar bangunan tinggi, disamping harus mudah dibersihkan
juga harus kedap air, tahan cuaca, tidak korosif, indah dan seterusnya.
- Fungsi bahan finishing
Selain untuk suatu performance
bahan/material finishing juga berfungsi sebagai pendukung kenyamanan dan
keamanan aktifitas fungsi. Lantai yang kemungkinan licin sebaiknya difinishing
dengan bahan yang antislip dan seterusnya.
- Maintenance /perawatannya.
Pemasangan suatu material finishing
untuk bangunan juga harus mudah dan murah perawatannya, diperhitungkan antara
umur dan tingkat performance yang diberikan yang dapat menghasilkan profit.
- Tingkat keawetannya.
Pemasangan suatu material untuk suatu
bangunan juga harus mempertimbangkan tingkat keawetannya, sehingga biaya
penggantiannya menjadi lebih efisien.
- Tampilan /performance dari material.
Tergantung dari fungsi bangunan,
tampilan material juga harus diperhitungkan secara saksama. Hal ini sangat
tergantung dari trend/kecendrungan di daerah lokasi property, serta untuk siapa
property disajikan. Sebagai contoh banyak hotel berbintang 5 memakai bahan
finishing dari bambu, bahkan dijadikan bahan struktur pada beberapa bagian bangunan
sehingga mengangkat harkat bambu tersebut menjadi bahan bangunan yang mempunyai
nilai jual tinggi, yang sebelumnya hanya dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan.Demikian
juga halnya dengan “paras kerobokan” yang di era delapan puluhan hasih
berstatus sebagai batu pondasi yang tertanam, tetapi saat ini sudah sedemikian
mahal, akibat perlakuan arsitek.
- Teknik aplikasi.
Di samping hal tersebut di atas teknik
aplikasi bahan bangunan juga sangat berperan untuk mencapai tujuan design.
Banyak Arsitek kurang memahami teknik aplikasi suatu bahan, karena tidak
memahami karakteristiknya, sehingga bahan tersebut dapat membahayakan orang
lain. Sebagai contoh : pasangan keramik
clading yang terlepas pada bangunan tinggi dapat membahayakan orang, kerena
teknik pemasangan dan spesifikasi pemasangan yang salah, dan lainnya.
- Material pendukung/pelengkap.
Pemasangan bahan bangunan pada umumnya
sudah diatur dalam spesifikasi teknis yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat
bahan tersebut. Arsitek tinggal mengintruksikan pada kontraktor harus mengikuti
spesifikasi tersebut. Demikian juga pada bahan struktur. Lain halnya dengan
bahan finishing yang merupakan bahan alamiah (natural material) yang
bahan-bahan pendukungnya tidak ada dan nyaris harus diteliti terlebih dahulu.
Arsitek harus menginstruksikan kepada kontraktor untuk membuat sampel/contoh
dan harus dites sesuai kebutuhan.
Beberapa jenis
bahan finishing dan peruntukannya pada bangunan tinggi.
Lantai
:
o
Teras/veranda/corridor,
ruang yang sering basah, dapur dan sejenisnya : sebaiknya memakai bahan yang
tidak licin,atau anti slip, mudah dibersihkan. Contohnya ; keramik anti slip,
keramik unglassed, geranit bakar dll.
o
Tangga
luar/sirkulasi padat : bahan tersebut di atas dan harus ada finishing ujung
(nouse).
o
Lantai
dalam : sesuai selera.
Dinding:
o
Dinding
luar yang berhubungan langsung dengan cuaca : cat weather seal.
o
Clading
: batu alam ditreatment, batu buatan, kaca, aluminum dsb.
o
Dinding
dalam : sesuai selera
Atap
:
o
Dibawah
material penutup atap dilengkapi dengan water proofing (membrance,
bituminus,lequid), insulasi panas (glass wool, styrofoam, aluminum foil dsb),