Belajar seumur hidup. Rahasia hidup lebih mudah & indah. Mari hembuskan nafasmu dengan ilmu pengetahuan.
ALL ABOUT VALERIE
BUNGA DIARY
Merry Christmas 2017 & Happy New Year 2018
Daur Ulang Limbah Beton, Preservasi Jalan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), Jalan Kaligawe Semarang
DAUR ULANG LIMBAH BETON UNTUK
PRESERVASI JALAN PERKERASAN KAKU (RIGID
PAVEMENT) DI JALAN KALIGAWE SEMARANG
Oleh :
Sangga Pramana
Wicaksana
ABSTRACT
Recycled concrete is a mixture obtained from
previous similar material reprocessing. Some of the differences in quality, physical properties and chemical recycled aggregates, causing differences attributes
of concrete material produced. Among others:
the decrease of compressive strength,
tensile strength, and modulus of elasticity. The first process of recycling waste
concrete used in
concrete is put
in the crusher so
that the aggregate with the desired size. Then
the aggregate results of the waste in concrete mix in recycler
cold engine by
adding cement and other elements forming material
CTB (Cement Treated
Base). On the road
to be rehabilitated part of the pavement
or (Base Layer)
dredged to be
replaced with new pavement using recycled
concrete. CTB material
recycler result of
a cold engine and
then spread with vogele machine engine at
the top of the pavement to be rehabilitated. Pavement
rehabilitation outcomes and then compacted with a compactor
machine.
Key words : Waste concrete, Materials CTB, Base
Layer
ABSTRAK
Beton daur ulang merupakan campuran
yang diperoleh dari proses ulang material sejenis sebelumnya. Beberapa
perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang, menyebabkan
perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan. Antara lain : menurunnya kuat tekan, kuat tarik, dan modulus
elastisitasnya. Proses pertama dari daur ulang limbah beton ialah beton bekas
di masukkan dalam crusher sehingga
menjadi agregat dengan ukuran yang diinginkan. Lalu agregat hasil dari limbah
beton di campur dalam mesin cold recycler dengan menambahkan semen dan unsur-unsur
lain sehingga terbentuklah material CTB (Cement
Treated Base). Pada jalan yang akan direhabilitasi bagian atas perkerasan
atau (Base Layer) dikeruk untuk
diganti dengan perkerasan baru menggunakan beton hasil daur ulang. Material CTB
hasil dari mesin cold recycler kemudian dihamparkan dengan mesin penghampar
pada bagian atas perkerasan yang akan direhabilitasi. Perkerasan hasil
rehabilitasi kemudian dipadatkan dengan
mesin pemadat.
Kata Kunci : Limbah beton, Material CTB, Base Layer
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkerasan jalan beton atau biasa disebut rigid pavement terdiri dari pelat
beton, semen portland dan dan lapisan pondasi (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar (Suryawan Ari,2006).
Kondisi ruas jalan kaligawe Semarang pada tahun 2008
yang masih menggunakan perkerasan lentur (flexible
pavement) sering mengalami
kerusakan berat. Hal itu disebabkan karena kondisi jalan yang sering terendam
air dan beban lalu lintas yang berat, mengakibatkan hubungan antara partikel
aspal menjadi merenggang saat terendam air dan pada saat itu juga beban berat
melintas di atas aspal yang merenggang mengakibatkan hubungan antar partikel aspal
menjadi lepas, sehingga terjadi kerusakan pada bagian jalan aspal tersebut.
Perkerasan kaku (rigid
pavement) pada ruas jalan kaligawe Semarang mulai diterapkan sejak tahun
2009 sampai dengan saat ini dan penggunaan perkerasan kaku (rigid pavement) ini dinilai sangat memuaskan, terbukti sampai saat ini tidak terjadi
kerusakan berat pada ruas jalan kaligawe akibat rendaman air dan beban lalu
lintas yang berat. Sehingga perkerasan kaku (rigid
pavement) terbukti cocok diterapkan pada ruas jalan kaligawe Semarang.
Kerusakan yang terjadi pada bagian jalan dengan perkerasan
kaku (rigid pavement) seperti pumping, cracking dan kerusakan lainnya dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja pada ruas jalan kaligawe ini. Sehingga
diperlukan preservasi jalan yaitu metode perbaikan pada kondisi jalan
perkerasan kaku (rigid pavement) yang
mengalami kerusakan.
“Dengan segala
kelebihannya yang dapat disimak akhir-akhir ini, metoda daur ulang (recycling) pantas dinilai sebagai salah
satu metoda perbaikan jalan yang cocok, karena disamping murah dan ramah
lingkungan, juga mampu memberikan hasil yang memuaskan. Metoda cold recycling pertamakali diuji coba
pelaksanaannya di Pantura, di ruas Sewo, yang teruji setelah dilanda banjir ternyata
jalan tersebut masih utuh, sedang tidak jauh di lain lokasi mengalami rusak
berat. Kejadian ini mendorong penggunaan teknologi recycling meluas pada
ruas-ruas paket yang lain”. (Sudarno,2010).
Penggunaan Cold Recycling ini akan sangat memberikan manfaat
besar bagi preservasi jalan di ruas jalan kaligawe Semarang, karena dengan
teknologi daur ulang yang memaksimalkan penggunaan material bekas yang telah
terpasang, akan meminimalkan kebutuhan fresh aggregate batu pecah
sebagai kebutuhan pekerjaan jalan secara keseluruhan, dan tentunya akan
bermuara kepada pengurangan exploitasi sumber daya alam batuan baik di gunung
maupun di sungai. (Sudarno,2010)
“Namun tidak serta merta setiap kerusakan jalan langsung dapat diatasi dengan recycling, tergantung penyebab kerusakan jalan itu sendiri yang harus ditemukan terlebih dahulu. Apabila induk persoalan berada di sub grade, maka perkuatan/stabilisasi sub grade mutlak harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan recycling pada lapis struktur sub base/base–nya. Sehingga investigasi awal sebelum pelaksanaan recycling mutlak diperlukan”. (Sudarno,2010)
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah perbandingan kualitas antara beton recycling dengan beton normal ?
2. Apakah dapat diterapkan pada jalan kaligawe Semarang ?
1.3 Tujuan
dan Sasaran
Tujuan
dari pembahasan ini untuk mengetahui sejauh mana kekuatan beton hasil daur
ulang dibandingkan dengan beton normal.
Adapun sasarannya antara lain :
a) Penggunaan beton hasil daur ulang untuk
preservasi jalan kaligawe Semarang
b) Menggunakan material limbah beton bekas yang tidak bernilai menjadi material beton yang berkualitas untuk preservasi jalan rigid
1.4 Manfaat
1. Dapat
digunakan sebagai alternatif untuk preservasi dan rehabilitasi di jalan
raya kaligawe Semarang yang menggunakan struktur perkerasan kaku (rigid
pavement).
2. Dapat menghemat anggaran, dengan mengurangi
penggunaan material batu pecah sebagai gantinya menggunakan hasil daur ulang
limbah beton.
3.
Menghemat eksploitasi batu pecah di gunung dan
di sungai
II. METODOLOGI
Metode yang dipergunakan dalam pembahasan artikel ini adalah menggunakan
metode studi literature secara Analisis kuantitatif rasionalistik. Adapun langkah-langkah
proses daur ulang limbah beton menjadi beton siap pakai untuk perkerasan jalan
rigid pavement sebagai berikut :
1. Limbah beton diproses oleh crusher sehingga menjadi agregat dengan ukuran yang
diinginkan
2.
Lalu agregat hasil dari limbah beton yang
diproses oleh crusher di campur dalam mesin cold recycler dengan menambahkan
semen dan lain-lain sehingga terbentuklah material CTB (Cement Treated Base).
3.
Pada jalan yang akan direhabilitasi bagian atas
perkerasan atau (Base Layer) dikeruk untuk diganti dengan perkerasan baru
menggunakan beton hasil daur ulang.
4. Material CTB hasil dari mesin cold recycler
kemudian dihamparkan dengan mesin penghampar pada bagian atas perkerasan yang
akan direhabilitasi.
5.
Perkerasan baru kemudian dipadatkan dengan mesin
pemadat.
III. KAJIAN
TEORI
Karena pembahasan artikel ini mengenai preservasi perkerasan kaku (rigid pavement) maka harus diketahui jenis-jenis kerusakan jalannya.
3.1 Tipe kerusakan yang umum terjadi pada
perkerasan kaku (rigid pavement) menurut
(Suryawan Ari, 2006) dapat dibedakan
menjadi :
a) Deformasi (deformation)
: tipe kerusakan yang tergolong deformasi adalah amblas (depression), patahan (faulting),
pumping dan rocking.
b) Retak (crack) : Retak pada perkerasan kaku
mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai dari retak tunggal sampai retak yang
saling berhubungan. Umumnya, tipe retak adalah blok (block), sudut (corner),
diagonal, memanjang (longitudinal),
melintang (transversal) dan tidak
beraturan (meandering).
c)
Kerusakan pengisi sambungan (joint seal deflects)
d)
Gompal (spalling)
e)
Kerusakan bagian tepi slab (edge drop off)
f) Kerusakan tekstur permukaan (surface texture deflect) : Kerusakan ini dikelompokkan menjadi
keausan agregat mortar (scalling), kekesatan (polished aggregate)
g)
Lubang (pothole)
h)
Ketidak cukupan drainase permukaan
3.2 Spesifikasi untuk perkerasan beton kaku (rigid pavement) yang diambil dari
refrensi PT. Jasa Marga (Persero) edisi tahun 2004.
3.2.1 Material
(a)
Agregat halus untuk perkerasan beton harus
sesuai dengan Pasal 3.4.2
Yaitu : Agregat halus terdiri dari
pasir alam atau apabila disetujui konsultan pengawas, material lembut lainnya
dengan sifat sama, mempunyai butir yang bersih, keras dan awet, serta harus
bersih dan bebas debu, lumpur, lempung, bahan organic, dan kotoran lainnya
dalam jumlah melebihi batas toleransi.
(b) Agregat kasar harus terdiri dari satu atau lebih
dari satu material berikut : batu pecah, kerikil, ampas tanur tinggi, atau
material lembam lainnya yang disetujui dengan sifat yang sama, mempunyai butir
yang bersih dan awet. Bebas dari butiran yang panjang dan bulat, bahan organic
dan bahan pengganggu lainnya yang melebihi batas toleransi.
(c) Semen yang digunakan adalah semen Portland (Portland cement) yang memenuhi persyaratan SII 0013-77 “Semen
Portland” atau JIS R 5210 “Portland Cement” atau AASHTO M 85.
(d)
Admixture harus disetujui Konsultan Pengawas 28
hari sebelum pelaksanaan.
(e)
Air yang digunakan dalam pekerjaan campuran (mixing), perawatan (curing) dan pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam,
alkali, gula tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan.
(f)
Baja tulangan (reinforced steel) harus sesuai
dengan ketentuan Pasal 3.5
· Tulangan baja untuk jalur kendaraan harus berupa
anyaman atau tulangan profil. Tulangan harus sesuai dengan persyaratan AASHTO M
55, tulangan ini harus berupa lembaran-lembaran datar.
·
Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja
berulir sesuai dengan AASHTO M 31.
(g)
Beton, persetujuan untuk proporsi bahan pokok
campuran akan didasarkan pada hasil pencampuran trial mix yang dibuat oleh
kontraktor sesuai ketentuan Pasal 3.4
·
Kekuatan beton
Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2
pada umur 28 hari, bila di tes dengan third
point method menurut AASHTO T 97
·
Pengambilan contoh beton untuk keperluan
pengujian sesuai dengan ketentual Pasal 3.4
· Kekuatan karakteristik berlaku ketentuan Pasal 3.4
Tabel 1.1
Standar Proporsi Campuran Beton Rigid Pavement
(sumber : Suryawan Ari, 2006)
3.2.2 Peralatan
(a)
Penggetar (Vibrator)
Vibrator untuk menggetarkan seluruh
lebar perkerasan beton, dapat berupa surface
pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple
spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin penempa,
atau dapat juga dipasang pada kendaraan. Frekuensi surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz),
dan frekuensi internal vibrator tidak
boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak
kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk spud vibrator.
(b)
Mesin penghampar dan penempa (spreading and finishing machine)
Jenis mesin penghampar harus
sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran
beton. Mesin penempa (finishing machines)
harus dilengkapi dengan transverse
screeds yang dapat bergerak
bolak-balik (oscillating type) atau
alat lain yang serupa dengan ketentuan sub-Pasal 3.2.6
(c)
Crusher
Mesin crusher digunakan untuk
memproses limbah beton menjadi agregat kasar 2/3 atau 1/2 sesuai dengan yang diinginkan.
(d)
Cold
Recycler Machine
Mesin untuk mencampur (mixing) Agregat hasil crusher dengan
agregat lain dan semen menjadi CTB (Cement
Treated Base). Material CTB yang akan digunakan untuk preservasi pada base layer perkerasan jalan kaku (rigid pavement)
(e)
Milling
Machine
Milling machine berfungsi untuk
mengeruk lapisan base layer pada
jalan rigid yang akan di preservasi yang nantinya akan digantikan oleh material
CTB.
IV. DATA DAN PEMBAHASAN
Pembahasan kali ini didasarkan atas “Proses Pengolahan Limbah Beton Menjadi Material Perkerasan Jalan” yang diadakan oleh Wirtgen Group dalam acara “Technology Days 2010” di German. (Techno Konstruksi,2010).
A Pada tahap pertama dilakukan proses pendaurulangan limbah beton bertulang menggunakan mesin Kleeman Mobirex MR 110 ZS yang dilengkapi dengan separator atau pemisah tulangan besi beton. Di sini, limbah beton didaur ulang dengan cara dihancurkan dalam mesin crusher Mobirex MR 110 ZS menjadi berbagai jenis ukuran agregat, sesuai yang dibutuhkan. Dalam proses crushing ini, tulangan beton yang terdapat dalam limbah beton dipisahkan pada sebuah separator yang dilengkapi dengan magnet, dan mampu menarik material yang mengandung besi keluar dari agregat crushing. Sehingga, agregat yang dihasilkan benar-benar bersih dari tulangan beton.
Gambar 1
Proses Crushing limbah beton
( sumber : www.wirtgen.de
)
A Selanjutnya,
agregat hasil daur ulang limbah beton ini, masuk dalam proses cold mixing pada mesin cold recycler Wirtgen KMA 220 untuk diproduksi menjadi bahan CTB (Cement Treated Base). Dengan pengaturan
sesuai spesifikasi yang diperlukan, hasil dari proses pencampuran dingin ini
akan menghasilkan material CTB yang digunakan untuk base layer pada perkerasan jalan.
Gambar 2
Cold Recycler Wirtgen KMA 220
( sumber : www.wirtgen.de )
A Sebelumnya, perkerasan jalan yang akan direhabilitasi, dilakukan pengerukan terlebih dahulu lapisan perkerasan atasnya dengan mesin Milling Wirtgen W 200 dengan ukuran ketebalan seperti yang telah ditentukan.
Gambar 3
Proses pengerukan lapisan atas perkerasan yang akan direhabilitasi
( sumber : www.wirtgen.de
)
A Setelah permukaan jalan selesai di milling, selanjutnya material CTB hasil
mixing dari cold recycler Wirtgen KMA 220 diangkut ke lapangan untuk digunakan
sebagai base layer perkerasan jalan
tersebut. Kemudian, material CTB tersebut digelar dengan bantuan peralatan paver Vogele Super 3000-2 AB 600-2 TP2
dan dipadatkan dengan mesin pemadat Hamm HD+140 dan Hamm GRW-280 (10 ton).
Gambar 4
Penghamparan material CTB
( sumber : www.wirtgen.de
)
A Sebagai
langkah terakhir, pembuatan barrier
jalan dengan mesin paving concrete profile Wirtgen SP 15 dan SP 25 untuk
menciptakan profil beton (slip form) sesuai
bentuk yang diinginkan.
KUALITAS BETON DAUR ULANG
Beton
daur ulang merupakan campuran yang diperoleh dari proses ulang material sejenis
sebelumnya. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat
daur ulang, menyebabkan perbedaan sifat-sifat (properties) material beton yang dihasilkan. Antara lain :
menurunnya kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitasnya. (Techno
konstruksi,2010)
Selain
itu, juga diamati perbedaan kemiringan kurva hubungan tegangan regangan
uniaksial dan multiaksial, yang menjadi landai pada saat sebelum beban puncak
dan menjadi curam sebelum beban puncak. Disamping itu hubungan tegangan-regangan
puncak multiaksial juga menjadi menurun. Perbedaan sifat-sifat material beton
daur ulang , mengakibatkan perbedaan persamaan yang menggambarkan hubungan
antara kuat tarik dan kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tekan, dan model
konstitutif tegangan-regangan beton uniaksial, tegangan-regangan puncak
multiaksial. Beberapa persamaan dan model konstitutif telah diperoleh dari
hasil studi eksperimental, untuk menggambarkan perbedaan sifat-sifat dan
perilaku mekanik beton agregat daur ulang ini. (Techno konstruksi,2010)
Berdasarkan
hasil penelitian sifat-sifat yang dimiliki oleh beton tersebut, bahwa beton
beton daur ulang dengan agregat bekas pakai dapat dipergunakan sebagai beton
structural dengan kekuatan relatif sama dengan beton normal, dimana kuat tekan
yang dimiliki dapat mencapai 380 kg/cm2 atau sekitar 98% dibanding beton
normal, pada faktor air semen 0,4 dan dapat mencapai 350 kg/cm2, atau sekitar
92% dibanding beton normal pada faktor air semen 0,5. (Techno konstruksi,2010)
Selain itu, beton dengan agregat
bekas pakai juga memiliki kekuatan lentur dan tarik yang tinggi, dibandingkan
dengan beton normal. Dengan sifat-sifatnya tersebut, maka beton daur ulang ini
akan sangat menguntungkan, apabila dipergunakan dalam struktur perkerasan kaku (rigid) untuk lapisan perkerasan jalan
maupun lapangan terbang. (Techno konstruksi,2010)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1.
Dengan begitu kualitas beton daur ulang yang memiliki
kekuatan 98% dibandingkan beton normal pada faktor air semen 0,5 dan 92% pada
faktor air semen 0,4. Sehingga beton
daur ulang ini dapat dipergunakan untuk preservasi, rehabilitasi dan
pembangunan jalan dengan perkerasan kaku (rigid
pavement) di wilayah jalan kaligawe Semarang.
2.
Dengan penggunaan teknologi daur ulang limbah
beton. Beton bekas yang tidak bernilai dan perlu tempat dan biaya dalam
pembuangannya dapat digunakan untuk preservasi jalan beton yang berkualitas
serta menghemat penggunaan agregat kasar berupa batu pecah (fresh aggregate) sehingga menjadi lebih ekonomis daripada
menggunakan beton normal.
5.2 SARAN
1.
Kekuatan dari agregat beton daur ulang berbeda-beda sehingga kekuatan yang
dihasilkan oleh beton baru juga akan berbeda, sehingga harus diperhatikan.
2.
Perlu diingat material CTB hasil daur ulang
limbah beton hanya dapat digunakan untuk perkerasan paling atas atau Base Layer.
DAFTAR PUSTAKA
Hendarsin Shirley L ,(2000), Perencanaan Teknik Jalan Raya,
Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Suprapto,
T.M, (2004), Bahan dan Struktur Jalan Raya, KMTS FT UGM, Yogyakarta.
Manu, A.I, (1995), Perkerasan Kaku, Badan Penerbit Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Aly Anas, (1998), Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Techno Konstruksi Majalah (2010) Daur Ulang Limbah beton untuk
perkerasan jalan berkualitas, Jakarta.
Sukirman Silvia, (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit :
NOVA, Bandung.
Hosking, R, (1992), Road Agregates and Skidding, HMSO, London.
Krebs, RD and Walker ,RD, (1971) Highway Materials, MC Grow Hill.
O’Flakerty, C.A (2002), Highways-The Location, Design Construction
& Maintanance of pavement, 4th edition,Butterwarth Heinman,
Oxford.
Anon (2000) Bituminous Pavements Material, Design and Evaluations, Lechres Notes, School of Civil Engineering, University Nottingham.