tag: toraja, buntu sarira, pinang, kacang, gandum, padi, bulir kecil, buah, bunga, pucuk, tunas, tabikaise, tabi kaise
Ta'bi Kaise' diambil
dari legenda di kampung nenek perempuan saya yaitu Lemo, Sarira. Ada legenda bahwa ada suatu tongkonan di tempat itu yang merupakan tempat
tinggal Ta'bi Kaise' dahulu.
Sebelum saya
menceritakan legenda ini, ternyata di tempat lain di daerah Toraja, ada legenda
seperti ini juga, versi lain tidak jauh beda dengan cerita saya, hanya saja
cerita dari kampung saya lebih pendek. Panggilan Ta'bi Kaise' menjadi
Indo' Deatanna di kampung lain, dengan nama laki-lakinya Polo Padang atau Marapio Padang.
Cerita ini berkembang di Sarira dan Kesu'.
Ta'bi Kaise'
Dahulu kala hiduplah seorang pemuda yg tinggal sendiri di atas bukit, daerah Sarira. Dia memiliki lahan yang luas
untuk berkebun. Jika musim panen tiba, dia biasanya akan menghasilkan
banyak hasil kebun, karena pemuda ini rajin dan pandai berkebun. Suatu
ketika seperti biasanya, dijumpailah semua hasil kebunnya subur namun tanaman kaise'nya tidak
berbuah.
Pemuda ini sedikit merasa heran, namun mulai menghilang dari pikirannya seiring waktu. Sampai suatu
ketika, di saat bulan purnama muncul, sekali lagi dia mendapati lagi tanaman kaise'nya
tidak dapat mengeluarkan buah. Dicurigainya di makan oleh babi hutan, maka dibuatnyalah perangkap untuk babi hutan.
Lama perangkap terpasang di
kebun berhari-hari, namun perangkap ini tidak juga mendapatkan
hasil. Diamatilah tanaman kaise'nya yang tidak berbuah, ternyata hanya ta'bi /
tunas kaise' yg dipetik, semacam bunga kecil yang nanti akan berubah menjadi
buah. Tidak mungkin seekor babi hutan hanya memakan ta'binya saja. Mungkin saja
ada niat buruk orang yang ingin agar buahnya tidak tumbuh, pikirnya.
Tapi mengapa dicuri
di saat bulan purnama? Pikirnya heran.
Pada suatu ketika saat muncul bulan purnama, diperhatikan ta'binya mulai terpetik sedikit demi sedikit. Pasti orang itu berulah
lagi. Dia mengumpulkan niat untuk menangkap orang tersebut. Pemuda ini dengan bekal selimut/sambu' muane, bermalam di kebunnya, Sambil bersandar di sebuah pohon yg tidak jauh dari tanaman kaise' sambil
menunggu. Ternyata dia ketiduran di tengah kebun, ayam berkokok,
membangunkan pemuda ini. Dia terkaget ternyata sudah ketiduran, ia mengecek
tanaman kaise', ta'binya sudah dipetik. Dengan rasa penyesalan, dia berjanji
akan menangkap pencuri itu esok harinya.
Malam hari pun
datang, dia tidak membiarkan dirinya untuk tertidur sedikitpun. Ditunggunya
sampai pagi sambil berjaga-jaga tapi tak ada yg datang.
Dilihatnya ta'bi kaise'nya, belum ada yg dipetik.
Bulan purnama hilang berganti bulan biasa berhari-hari selanjutnya. Sambil menunggu bulan purnama datang lagi, muncul sebuah akal
agar dia dapat mengamati pencurinya tanpa ketahuan. Ia membuat dinding penghalang dari ranting dan dedaunan yang menyerupai tanaman rimbun. Posisi agak jauh dari tanaman kaise', agar dia dapat melihat dari jauh jika ada yg masuk ke
dalam kebunnya tanpa tahu bahwa dia ada di balik dinding itu.
Malam yg dinanti-nantikan pun tiba, dari balik celah dedaunan pemuda itu mengintip.
Tak kunjung datang pencurinya. Bulan semakin turun menjelang pagi, sepintas
terdengar suara perempuan yg hilang bersama cahaya matahari yg baru muncul.
Pemuda itu tidak percaya apa yg didengarnya. Ayam berkokok, pemuda itupun
bertanya-tanya sendiri bahwa apa yg didengarnya mungkin nyata. Dia berjalan ke
arah tanaman kaise', dan memang ta'binya sudah terpetik.
Tak sabar menunggu
malam, pemuda itu tidak tidur sedikitpun untuk memastikan apa yg didengarnya
kemarin malam. Ditunggunya setelah tengah malam menjelang pagi, datanglah tiga
gadis-gadis cantik berpakaian indah, rambut terurai, kulit bercahaya, sambil berjalan
perlahan. Mereka memakan ta'bi kaise' kemudian pergi bersama datangnya matahari
pagi. Jelas dilihat oleh pemuda itu, benar-benar ada yang mencuri ta'binya dan
pencurinya adalah perempuan.
Hari itu, pemuda itu
berfikir untuk menangkap para perempuan itu dan bertanya baik-baik alasan
mereka mencuri. Matahari terbenam dan dia kembali bersembunyi di balik dinding dedaunan untuk
menunggu gadis itu datang ke dalam kebunnya. Para gadis itu datang, dengan
tangan yang gemulai mereka memetik satu persatu ta'binya dan mengunyah sambil
bercanda satu dengan yg lainnya. Tapi ada salah satu dari gadis-gadis itu yang
tak luput dari perhatiannya, yang paling rupawan dan membuatnya tergoda. Ia
terkesima dan terus memandanginya. Sepertinya Ia tak dapat menegur mereka,
karena merasa segan bertemu dengan gadis yang disukainya. Malam demi malam
dilewatkan pemuda itu untuk memandangi gadis pujaannya saja tanpa menegurnya
yang telah mencuri di kebunnya.
Bulan purnama pun
lewat, dan hilang pulalah pemandangan gadis pujaan hati yg dilihatnya setiap
malam belakangan itu. Ada rasa tak sabar menunggu bulan purnama berikutnya,
pemuda itu melewatkan hari dengan rajin merawat tanaman kaise' dan melamunkan
gadis itu. Hari berlalu, bulan berlalu, waktu terasa begitu lama, menunggu
hingga datangnya bulan purnama. Dengan penantian yang panjang, dengan semangat
membara, dia akan dapat kembali memandangi gadis itu setiap malam seperti bulan
purnama lalu. Tak satu malampun akan dilewatkan oleh pemuda itu untuk
memandangi gadis pujaannya itu.
Hari pertama, malam
pertama tiba, rasa rindu yang sudah berkecamuk menantikan gadis pujaannya
datang. Seperti dugaannya, memang benar gadis cantik itu datang bersama kedua
gadis lain, kembali seperti biasa mereka berjalan perlahan-lahan masuk ke dalam
kebunnya. Dipandangi dengan seksama gadis pujaannya itu, tangannya yg indah,
pakaiannya, rambutnya, wajahnya, dipandanginya tanpa berkedip. Setiap malam,
tak pernah sedikitpun dia tertidur hanya untuk menunggu kekasih hatinya datang
dalam pemandangannya.
Namun pada suatu
malam, pikirannya berubah, dia lelah untuk terus hanya memandangi dari
kejauhan, timbullah keinginan untuk memiliki gadis itu. Pemuda itu pun memiliki
niat untuk menangkap gadis itu.
Pemuda itu mengendap
perlahanan-lahan ke arah tanaman kaise' dan bersembunyi. Matahari mulai muncul dari balik
gunung, sinar matahari mulai masuk ke celah-celah pohon di dalam kebun. Para gadis
menghentikan memetik tanaman kaise'. Pemuda itu dengan cepat menangkap kaki
gadis yg diidamkannya. Gadis itu terkaget ada yg tersangkut di kakinya,
sedangkan yg lainnya telah menghilang. Ternyata gadis itu adalah salah seorang bidadari yang turun dari khayangan.
Akhir cerita gadis itu tidak dapat kembali lagi ke khayangan bersama saudaranya. Gadis itu kemudian diperistri oleh pemuda itu dan
tinggal di bumi. Gadis itu diberi nama oleh pemuda itu, Ta'bi Kaise'.