- Merupakan tempat untuk meletakkan ( menghgantungkan ) kulkul ( alat komunikasi tradisional Bali berupa kentongan ).
- Denah bale kulkul berbentuk persegi empat berada di atas bebaturan.
- Bale kulkul diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga bunyi / isyarat dapat terdengar jelas.
- Peranan atau kedudukan Bale Kulkul dalam masyarakat sangat penting. Bangunan Bale Kulkul ini berfungsi sebagai alat komunikasi yang ada di setiap Banjar yang ada di Bali. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi jarak jauh dengan kode – kode suara kulkul yang berbeda – beda, dimana setiap kode suara mempunyai maksud informasi tertentu yang telah menjadi kesepakatan seluruh anggota banjar tersebut. Penyalahgunaan dari pada kulkul ini dapat berakibat pada hal-hal negatif . Oleh karenanya penggunaan dari pada kulkul ini harus dengan sangat hati-hati.
- Bale Kulkul sebagai alat komunikasi yang disepakati setiap banjar.
- Bale Kulkul sebagai tempat kulkul yang dibunyikan pada awal,akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.
- Menurut Golongan
- Kulkul Dewa
- Kulkul Manusia
- Kulkul Buta
- Kulkul Hiasan
- Menurut Fungsi
- Sebagai alat komunikasi
- Komunikasi dengan Dewa ( Kulkul Dewa )
- Komunikasi dengan manusia ( Kulkul manusia )
- Komunikasi dengan Buta ( Kulkul buta )
- Sebagai identitas Banjar
- Sebagai alat pemersatu
- Sebagai barang hiasan
- Dipertigaan Jalan
- Diperempatan Jalan
- Bentuk kerangka tiang atap kedua terdapat kulkul dan dilantai kesatu ( ground Floor ), terdapat ruang untuk duduk-duduk
- Bentuk menara dengan tiang empat
- Bentuk menara dengan tiang delapan, empat tiang ada ditengah dan empat tiang ada diluar.
- Persiapan
- MenentukanTempat
- Disebelah Timur jalan, Bale Kulkul terletak di Barat Laut.
- Disebelah Barat Jalan, Bale Kulkul terletak di Tenggara
- Disebelah Utara jalan, Bale Kulkul terletak di Barat daya
- Disebelah Selatan jalan, Bale Kulkul di Barat Laut
- Dipertigaan Jalan, Bale Kulkul terletak di sudut jalan.
- Diperempatan jalan, Bale Kulkul terletak disudut jalan.
- Nyukat karang
- Gegulak
- Pengolahan Bahan
- Kayu wangkal yang sampai tergolong kelas Prabu
- Kayu kutat yang tergolong kelas Patih
- Kayu blalu yang tergolong kelas Arya
- Kayu bentemu yang tergolong kelas Demung
- Kayu endep yang tergolong kelas Temenggung.
- Ngeruak Karang
- Nasarin
- Perakitan
- Memakuh
- Mengatapi
- Pemelaspas
- Penanaman Pedagingan
- Denah
- Bentuk
- Dimensi
- Ijuk digunakan sebagai penutup atap
- 1 buah kulkul, struktur atap, saka, dan bale terbuat dari kayu
- Dibawah reng terdapat anyaman bambu (bedeg)
- Bahan struktur pada bagian badan (Batur) dan kaki (Tepas) adalah tanah urug, batu bata dan paras
- Bale & Atap (swah Loka) → sebagai bagian utama tempat digantungnya kulkul (kentongan)
- Batur (Bwah Loka) → dihiasi dengan ornamen menyerupai binatang (termasuk alamnya manusia)
- Sari (Swah Loka) → Alam para Dewa, disini dihiasi dengan ornamen berupa patra-patra dan karang manuk (burung)
- Tepas (Bhur Loka) → pada bagian ini ornamen yang menghiasi berumpamakan alam bawah yaitu binatang besar yang menginjakkan kakinya di tanah.
- KARANG GOAK
- KARANG ASTI / GAJAH
- KARANG TAPEL
- Peras Ajengan
- Suci Asoroh
- Canang Lenga Wangi Burat Wangi
- Rantasan Putih Kuning
- Lamak
- Ragam hias atau ornamen dari bale kulkul mengambil perumpamamaan tumbuhan atau hewan dan alam dimana dilatarbelakangi oleh bumi terbentuk dari lima unsur yang disebut Panca Mahabhuta, apah (air/zat cair), teja ( sinar),Bhayu (angin),akhasa (udara), pertiwi (tanah bebatuan/zat padat).
- Bentuk dan Gaya ornamen Bale Kulkul terbagi menjadi beberapa bagian tergantung pada desa, kala, patra dalam artian tergantung pada tempat, waktu dan juga kebudayaan atau adat-istiadat setempat, sehingga adanya beberapa pariasi pada gaya dan bentuk itu sendiri.
PENGERTIAN
Alat komunikasi yang disepakati setiap banjar adalah kulkul atau
kentongan. Dengan suara – suara tertentu dari kulkul yang dipukul dapat
memanggil anggota banjar untuk datang ke Banjar atau menuju tempat - tempat
yang telah ditentukan. Kode – kode tertentu dari suara kulkul dapat pula
memberikan informasi – informasi tertentu seperti bencana, kematian,
perkawinan dan informasi lainnya kepada anggota banjar.
Untuk menjalani fungsinya menyampaikan informasi jarak jauh kulkul
digantungkan pada bangunan tinggi semacam menara beratap yang disebut Bale
kulkul. Kulkul dengan Bale Kulkulnya adalah sarana informasi musyawarah
banjar. Setiap kegiatan atau peristiwa banjar yang diinformasikan dengan
memukul Kulkul adalah peristiwa banjar. Untuk mudahnya pencapaian, mudah
dilihat Bale Kulkul sebagai pengenal Bale Banjar, ditempatkan di sudut depan
pekarangan. Bangunan Bale Kulkul, juga dibangun di sudut pekarangan pura atau
di tempat – tempat musyawarah lainnya, bentuknya susunan tepas , batur, sari,
dan atap penutup ruang Kulkul atau kentongan.
LATAR
BELAKANG
Kulkul
atau kentongan merupakan salah satu media komunikasi dalam kegiatan sosial
dalam masyarakat yang telah dipergunakan oleh terutama masyarakat Bali yang
telah dipergunakan dari jaman dulu sampai sekarang. Bale Kulkul telah
mengalami perubahan atau perkembangan yang cukup pesat. Perubahan ini tidak
dapat dipungkiri lagi karena adanya tuntutan perkembangan pemakai dan
perkembangan teknologi. Kecenderungan perubahan ini terjadi hampir dimana-mana
hanya kualitas dan intensitasnya yang berbeda-beda, dikarenakan oleh keadaan
ekonomi masyarakat setempat, keperluan dan keinginan dari tingkat
kegotongroyongan, kepemimpinan masyarakat dan kesempatan untuk memikirkan dan
melaksanakan perubahan atau perkembangan tersebut.
FILOSOFI
DAN KONSEPSI BALE KULKUL
Secara
realita setiap Banjar memiliki Kulkul yang bentuknya bermacam-macam : besar,
kecil, panjang, pendek. Demikian pula bahannya berbeda, dalam masyarakat Bali
peranan Bale Kulkul sangat penting. Disamping itu ada Kulkul yang dikeramatkan
dan di sucikan. Karena pengaruh teknologi modern dan ilmu pengetahuan yang
semakin maju Kulkul mengalami perubahan fungsi, karena yang dikomersilkan.
Maka Kulkul ada yang berfungsi sebagai hiasan dirumah dan dihotel, dengan
adanya perubahan fungsi Kulkul ini maka, hal ini akan menimbulkan perubahan
sikap social negative bagi para masyarakat di Bali.
FUNGSI
BALE KULKUL
JENIS-JENIS
KULKUL
Bahan
|
: Kayu Nangka
|
Kegunaan
|
: Untuk upacara
Dewa Yadnya
|
Tempat
|
: Dijaba Pura
berdekatan dengan Bale Pagajahan
|
Bahan
|
: Kayu nangka,
kayu jati dan kayu lainnya
|
Kegunaan
|
: untuk
mengumpulkan anggota Banjar bilamana ada
pekerjaan banjar
|
Tempat
|
: Dibale Banjar,
di bale Kulkul, di pohon dekat bale banjar
|
Bahan
|
: Bambu (
tetimpung )
|
Kegunaan
|
: Upacara Bhuta
Yadnya
|
Bahan
|
: Bebas
|
Proses
|
: tidak menlalui
sakralisasi
|
Letak
|
: Bebas yaitu
dirumah pribadi, restaurant, hotel dan kebun
|
Tujuan
|
: keindahan bagi
pemiliknya
|
Apabila
kulkul Banjar A berbunyi, maka Banjar lain mengetahui bahwa yang berbunyi
adalah Kulkul Banjar A, karena memiliki kode tersendiri
Apabila
Kulkul berbunyi, anggota Banjar keluar melakukan pekerjaan sesuai dengan kode
yang disepakati bersama.
Kareana
kemajuan teknologi modern, urbanisasi ( bercampurnya kebudayaan ), maka kian
hari fungsi kulkul berkurang di kehidupan masyarakat Bali, lebih-lebih pada
masyarakat kota, segala kegiatan ditentukan dengan jam dan papan pengumuman di
Bale Banjar.
LETAK
/ PENEMPATAN
Bale kulkul
terrletak disudut jalan.
Bale kulkul
terletak disudut jalan
Pola bentuk Bale
Kulkul pada Bale Banjar
PROSES
PEMBANGUNAN BALE KULKUL
Dalam pembangunan
Bale Kulkul ini penulis akan sajikan proses pembuatan dan pendirian Bale
Kulkul yang mana sumber informasinya adalah Undagi Pekak Nerit dari Banjar
Muding Kaja, Desa Kerobokan Denpasar Barat.
Untuk
mendirikan Bale Kulkul, pada tahap persiapan diawali dengan musyawarah anggota
Banjar, untuk kesepakatan milik bersama anggota Banjar.
Untuk
mewujudkan ide rancangan dimusyawarakan dengan Undagi. Penentuan hari baik/
dewasa Ayu dimusyawarakan dengan pengarah upacara/Pedanda dan tkang banten
yang akan membuat saran Upacaranya. Musyawarah dilakukan untuk rencana kerja
penentuan tenaga kerja, proses membangun dan penyelenggaraan upacara.
Untuk
mendirikan bangunan diperlukan suatu areal tanah yang memenuhi persyaratan,
baik syarat fisik maupun syarat kepercayaan sesuai dengan fungsi bangunan
yaitu : sebagai tempat Bale Kulkul.
Penempatan
Bale Kulkul terletak pada areal bale Banjar yaitu :
Dengan
terlebih dahulu membersihkan areal yaitu : penebangan pohon yang tak berguna,
merabas semak-semak dan lain-lainnya, kemudian dilakukan pengukuran/nyukat
karang untuk menentukan panjang dan lebar pekarangan dengan memakai ukuran “
depa “. Kalau untuk menentukan tampak yaitu : 4 tampak + sample jarak tepas
hujan dari seluruh sisi tembok bagian dalam.
Untuk
memulai pekerjaan konstruksi, Undagi membeuat satu dasar ukuran yang disebut
gegulak, yang dibuat dengan sebilah bambu yang diisi tanda-tanda / ukuran,
sebagai dasar untuk menentukan lebar dan tinggi bangunan.
Setelah
bangunan itu selesai / di plaspas, gegulak itu dilebur / di pralina.
Kayu
sebagai bahan konstruksi rangka merupakan bahan wajib yang telah ditetapkan
penggunaanya. Penggunaan kayu dipilih berdasarkan atas
penggolongan-penggolongan kelas kayu menurut penggolongan dari yang utama
sampai yang kurang utama. Penentuan kwalifikasi ini adalah atas dasar
pertimbangan filisofis.
Untuk
bangunan perumahan maka kelas kayu yang bisa dipakai dari yang utama sampai
kurang utama adalah :
Pemilihan
kayu jga memperhatikan persyaratan kepercayaan dimana kayu-kayu yang tidak
dipakai sebagai bahan bangunan adalah :
“
kayu yang disambar petir, kayu yang tumbuh dibatas pekarangan, tumbuh dari
pengkalnya yang telah ditebang, tumbuh ditepi sungai, tumbuh dikuburan rebah
ditempa pohon lain, rebah tersangkut dipohon lsin………….. 3).
Setelah
mendapatkan kayu yang sesuai dengan persyaratan melalui penebangan, bahan
tersebut kemudian diolah oleh Undagi dengan membelah, pelubangan sesuai dengan
gegulak. Pengadaan bahan dan pengolahan bahan pondasi, bataran/baturan dan
dinding adalah memanfaatkan batu alam dan mengolah tanah untuk batu bata.
Untuk
bahan atap, menggunakan alang-alang.
Alang-alang
yang dikeringkan terlebih dahulu dan setelah kering diolah menjadi
lembar-lembar yang disusun dengan batang bamboo buluh atau dapat juga sebilah
batang pinang yang disebut “ tinjeh “ dan “ jalon “, disusun sedemikian rupa
sehingga menjadi bahan atap, yang siap akan dipasang yang disebut “ iketan “
Sedangkan
kayu untuk balr kulkul adalah kayu nangka, katu jati dan kayu lainnya.
Ngeruak
karang adalah pekerjaan pembongkaran karang / tanah untuk pondasi bangunan.
Dewasa yang dipakai : Waraspati Pon, penanggal ping 3, Wuku wayang.
Nasarin
adalah upacara perletakan batu pertama, dimana untuk bangunan Bale Kulkul
tempat perlatekannya disudut Timur Laut ( kaja kangin ), pada lubang pondasi.
Sebagai
bahan perletakan adalah batu bata merah yang dirajah / digambar bedawang nala
dihias dengan kain putih dan diisi kwangen ditanam sebagai dasar bangunan.
Waktu pelaksanaan sesuai dengan ketentuan Sasih, Wewaran dan Dewasa Ayu yaitu
: Kajeng Kliwon, Kajeng dan Beteng. Tujuannya adalah memohon kekuatan pada
Bumi supaya bangunan menjadi kokoh.
Setelah
elemen-elemen konstruksi selesai dikerjakan maka dilanjutkan dengan kerangka
bangunan. Upacara ini disebut Ngaug suduk yaitu memasukkan suduk kelubuknya.
Tujuan upacara ini agar terwujudnya ikatan konstruksi dengan kokoh dan stabil,
pertemuan pen dengan lubang agar bertemu rapat dan kuat. Upacara Ngaug sunduk
dilakukan pada tiang kaja kangin (timur laut ). Waktu pelaksanaan adalah pada
pagi hari pada saat Matahari menembus lubang tiang. Setelah Upacara Ngaug
sunduk dilanjutkan dengan perakitan elemen-elemen konstruksi lainnya sehingga
menjadi rangka bangunan. Dewasa yang dipakai yaitu : Kajeng Maulu, Pakenan
Mas, Purnama dengan persyaratan tidak jatuh pada Pasah.
Memakuh
adalah upacara yang berkaitan dengan usaha-usaha membersihkan bahan-bahan
sekaligus memberikan kekuatan jiwa sehingga bangunan menjadi kuat dan stabil.
Upacara ini dilakukan pada tiang pemakuhan yaitu disudut Kaja Kangin. Kaki
Tiang dihias dengan kain putih sebagai lambing diri kebersihan dan selanjutnya
diolesi darah ayam hitam sebagai simbul Dewa Wisnu, manifestasinya Tuhan
sebagai pemeliharaan. Pelaksanaannya adalah dengan memukul kaki tiang tiga
kali dengan alat pemukul dari kayu/pengotok. Dewasa yang dipakai : Kajeng
keliwon, Kajeng Beteng.
Mengatapi
juga disebut “ ngeraabin “ yaitu memasang bahan atap/penutup. Pelaksanaannya
juga memakai dewasa Ayu, yaitu : Tulus, Dadi. Diamana hari yang perlu
dihindari untuk mengatapi adalah Gni Rewana yang menurut kepercayaan bila
memilih dewasa tersebut akan selalu kebakaran.
Pemelaspas
merupakan pekerjaan finishing pada suatu bangunan, dengan tujuan : untuk
penyucian / menyucikan pekerjaan ( bangunan ), untuk dapat mulai berfungsi.
Dewasa yang dipakai : Waraspati Wage penaggal ping3.
Penanaman
pedagingan pada Bale Kulkul ditanam atau dipendem diatas/pada bagian badan
Bale Kulkul dengan tujuan untuk mengisi bangunan Bale Kulkul agar mempunyai
kekuatan/sacral. Dewasa yang dipakai : Buda paing penanggal ping 5, Wuku tanpa
guru, Penurga Merti Kunda atau Sanghayang Licin, tan Wilang Sasih. Isi dari
pada Pedagingan : Peripihan mas, jarum perak, jarum besi, jarum mas, peripihan
perak, peripihan besi, peripihan tembaga, jarum tembaga, mirah delima, wangi
wangian, ( dedes, rasmen ), akar uang kepeng sebelas ( 11 ) keteng.
STUDI
KASUS
LOKASI
DENAH
PURA DALEM
DENAH,
BENTUK, DIMENSI BALE KULKUL
Adapun
bentuk dari bale kul-kul ini adalah kubus yang bertumpuk tiga dan paling atas
terdapat bale sebagai tempat kul-kul yang menyerupai bale saka pat.
FUNGSI
Fungsi
dari bale kul-kul yang ada di Pura Desa lan Puseh yang ada di Desa
Adat
Dalung ini adalah sebagai tempat menaruh kul-kul yang merupakan sarana
penyampaian informasi secara tradisional apabila pura mengadakan piodalan atau
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pura sendiri. Bale Kul-kul berfungsi sebagai genah kul-kul
yang memiliki fungsi sebagai sarana pemberi informasi atau tanda apabila di
pura tersebut ada karya.
MAKNA
Bale
kul-kul ini memiliki makna yang sangat penting mengingat bale ini merupakan
bangunan pendukung pada areal pura maupun pendukung dalam prosesi upacara.
BAHAN
DAN MATERIAL
Bahan dan
material yang digunakan pada Bale Kulkul ini antara lain:
LETAK
DAN ORIENTASI
Bale
Piyasan Panglurah yang terdapat di Pura Tirta Empul ini berada di kawasan
Jeroan Pura (Utama Mandala). Bale Piyasan Panglurah ini memiliki orientasi
yaitu kearah utara-selatan atau kaja-kelod. Yang mana arah utara / kaja
merupakan arah yang suci / sakral yang melambangkan tempat Para Dewa.
Sedangkan arah selatan / kelod merupakan arah profan / tidak sakral atau arah
laut (segara).
Bangunan
Bale Piyasan Panglurah ini juga mempergunakan konsep Hulu – Teben atau Nyegara
– Gunung. Seperti yang kita ketahui, Gunung berfungsi sebagai Ulu yang
merupakan kawasan Suci, sedangkan Segara atau laut berfungsi sebagai Teben.
Posisi bangunan Bale Pamereman ini berada tepat di kawasan Utamaning Madya.
Tata
letak bangunan Bale Piyasan Panglurah ini disesuaikan dengan konsep Tri
Mandala dan konsep Sanga Mandala.
Konsep
Sanga Mandala
NU
|
MU
|
UU
|
NM
|
MM
|
UM
|
NN
|
UU
|
UN
|
Keterangan
:
U
|
= utama
|
M
|
= madya
|
N
|
= nista
|
ORNAMEN
Filosofi Penempatan
Ornamen
KEKARANGAN
Bentuknya
menyerupai kepala burung gagak atau goak. Disebut pula karang manuk karena
serupa dengan kepala ayam dengan penekanan pada paruhnya. Karang goak dengan
paruh atas bertaring dengan gigi-gigi runcing dan mata bulat. Sesuai dengan
kehidupan manuk atau gagak yang bersayap, Hiasan Karang Goak atau Karang Manuk
ditempatkan pada sudut-sudut bebaturan di bagian atas.Karang Goak sebagai
hiasan pada bagian kepala dan pipi dilengkapi dengan hiasan pattra punggel.
Karang Goak disatukan dengan karang simbar dari jenis flora yang ditempatkan
di bagian bawah karang goak.
Disebut
juga gajah karena asti adalah gajah. Bentuknya mengambil bentuk gajah yang
diabstrakkan sasuai dengan seni hias yang diekspresikan dengan bentuk
kekarangan. Karang asti yang melukiskan kepala gajah lengkap dengan belalai
dan taring gadingnya bermata bulat. Hiasan flora patra punggel melengkapi
kearah pipi asti. Sesuai kehidupannya di tanah, karang asti ditempatkan
sebagai hiasan sudut-sudut bebaturan bagian bawah yang merupakan alam bawah
(Bhur Loka)
Serupa
dengan karang boma dalam bentuk yang lebih kecil hanya dengan bibir atas. Gigi
datar taring runcing mata bulat dengan hidung kedepan lidah terjulur, Tapel
adalah topeng, bagian muka yang diambil dari berbagai jenis muka galak. Hiasan
kepala dan pipi menggunakan patra punggel. Ke arah bawah kepala menggunakan
karang simbar dari jenis flora yang disatukan. Karang tapel ditempatkan sebagai
peralihan bidang di bagian tengah.
KEUNIKAN
UPAKARA
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar